BOGOR – Kampung Sindang Barang diyakini sudah ada sejak abad ke-XII. Merunut latar belakang sejarahnya, terpapar dalam Babat Pajajaran dan tertulis juga dalam pantun Bogor, Sindang Barang diyakini sebagai kerajaan bawahan Prabu Siliwangi dengan Kutabarang sebagai ibukotanya. Selain itu, Sindang Barang adalah keraton tempat tinggal salah satu isteri dari prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Berlatar sejarah tersebut, kini Sindang Barang menjelma menjadi kampung budaya yang bertekad meneruskan kearifan lokal dari akar tradisi leluhur mereka.
Berjarak sekitar 5 km dari pusat Kota Bogor, Kampung Budaya Sindang Barang terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Meski jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat Kota bogor, menuju lokasi, pengunjung harus melewati jalan yang berkelok, dan tidak ada angkutan umum yang melewati kawasan tersebut. Banyak yang merekomendasikan untuk sampai ke lokasi lebih baik menggunakan sepeda motor. Karena selain cepat, sepeda motor mampu menjamah jalan kecil hingga sampai ke depan Kampung Budaya Sindang Barang.
Jika ditelusuri, Bogor merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki jejak sejarah kebudayaan yang cukup kuat. Bahkan di wilayah yang kerap disebut kota hujan ini banyak ditemui peninggalan-peninggalan sisa masa lalu yang eksotis seperti halnya Kampung Sindang Barang
Kampung tersebut merupakan desa adat yang terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari Bogor, Jawa Barat. Saat ini Sindang Barang telah dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata budaya Sunda sisa kejayaan Kerajaan Sunda di abad ke-12.
Seperti dikutip dari pariwisataindonesia.id, saat ini di Kampung Sindang Barang terdapat 22 rumah adat dengan bentuk sesuai aslinya dan fungsi yang berbeda-beda, seperti untuk menyimpan padi, tempat tinggal warga, balai serta beberapa rumah tradisional untuk penginapan.
Sesuai dengan tahun berdirinya, diketahui jika Kampung Adat Sindang Barang merupakan desa adat tertua di Jawa Barat berdasarkan cerita di dalam Babat Pajajaran dan tertulis juga dalam pantun Bogor.
Di dalam cerita tersebut dituliskan jika di abad XII tersebut kampung ini merupakan kerajaan bawahan dari Prabu Siliwangi dengan Kutabarang sebagai ibu kotanya. Selain itu, pernah juga dijadikan sebagai keraton yang ditinggali oleh salah satu istri dari Prabu Siliwangi bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda.
“Berdasarkan riset dari Balar (Badan Arkheologi) Serang, Balar Bandung dan Arkheolog dari UI coba mengadakan penelitian di sini, setelah itu ternyata banyak kesamaan dari buku-buku Babad Bogor itu menceritakan tentang Sindang Barang” papar Ukat, selaku tetua adat Kampung Sindang Barang, seperti melansir dari Kanal Broadcast B Polimedia.
Seperti melansir dari bogorkab.go.id, di kampung tersebut wisatawan bisa turut serta mempelajari berbagai macam kesenian Sunda termasuk seperangkat gamelan yang tersedia di alun-alun dan bisa dimainkan oleh siapapun yang berkunjung.
Bahkan di lokasi tersebut juga terdapat beberapa program pembelajaran tradisi Sunda seperti Sono Ka Lembur, yang merupakan kegiatan pengenalan sejarah, serta karakteristik bangunan dan beberapa permainan tradisional di sana.
Selanjutnya adalah Sa Wengi di Sindang Barang, yang merupakan kegiatan menginap di lokasi untuk merasakan menjadi orang Sunda selama beberapa hari. Selanjutnya di sini juga terdapat kesenian sejarah Sunda yang juga bisa dipelajari seperti silat Cimande dan Jaipongan.
Di Kampung Adat Sindang Barang para masyarakatnya memang banyak yang menggantungkan hidup lewat pertanian. Hingga di sana kerap dijadikan sebagai lokasi terselenggaranya upacara Seren Taun atau upacara penghormatan kepada Dewi Pohaci (Dewi Kemakmuran Pertanian) yang biasa dilaksanakan setiap bulan Muharram.
Dalam sejarahnya dahulu masyarakat Sindang Barang menggantungkan hidupnya melalui pertanian, sehingga saat ini mereka kerap disebut sebagai masyarakat agraris.
Menyambangi Kampung Budaya Sindang Barang seperti menemukan jejak kasepuhan Sunda yang telah lama hilang. Pemandangan indah dan udara sejuk khas pegunungan di kaki Gunung Salak menjadi daya tarik lainnya. Kampung budaya ini selalu terbuka bagi siapapun yang ingin berkunjung dan mempelajari lebih dalam tentang tradisi Sunda Bogor, sambil mencari tahu tentang sejarah kasepuhan Sunda Bogor di masa lalu. (wins)