advertisements
advertisements
advertisements
BERITA  

Perbedaan Hujan dan Banjir Ekstrem Versi LAPAN

JAKARTA – Hujan ekstrem yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, berdampak munculnya banjir dan genangan air. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjelaskan perbedaan banjir dan genangan. banjir memiliki skala waktu yang terbilang lama, yaitu lebih dari 24 jam. Pada skala ruang, banjir memiliki ketinggian air lebih dari 40 sentimeter dan mencakup area yang luas. Biasanya memiliki radius lebih dari 100 meter.

Banjir, menurut LAPAN disebabkan karena faktor alam dan manusia dengan kombinasi yang kompleks. Banjir memiliki dampak yang terbilang besar, hingga menyebabkan kerugian materi dan nyawa. ementara genangan, memiliki skala waktu yang terbilang singkat. Yaitu kurang dari 24 jam.

Di samping itu, LAPAN menjelaskan arti dari genangan air. Menurutnya genangan air memiliki ketinggian kurang dari 40 sentimeter dengan radius area yang terkonsentrasi kurang dari 100 meter. Menurutnya, penyebab dari genangan air disebabkan karena faktor manusia atau sistem drainase yang kurang baik. Namun, dampak dari genangan ini terbilang kecil.

Peneliti Atmosfer LAPAN Erma Yulihastin mengatakan, informasi mengenai perbedaan banjir dan genangan air yang dirilis oleh LAPAN bertujuan untuk menjelaskan, mengingatkan kepada masyarakat akan fenomena itu.

Semua rilis yang berkaitan dengan layanan informasi bermaksud menjelaskan, mencerdaskan, dan mengingatkan masyarakat juga pers, ujarnya, seperti dilansir Cnnindonesiacom.

Badan Pusat Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan selain fenomena global La Nina terdapat faktor adanya daerah pertemuan angin di atas wilayah Indonesia yang menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan berintensitas tinggi hingga banjir.

Musim hujan akan lebih basah karena La Nina sudah kita sampaikan sejak Oktober lalu, kemudian ada faktor faktor dinamika atmosfer yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan awan hujan di Indonesia," ujar Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG A. Fachri Radjab mengutip Antara, Senin (8/2).

Lebih lanjut La Nina mengatakan, “sebagai faktor global yang mempengaruhi peningkatan curah hujan ekstrem,terdapat pula faktor regional yaitu adanya daerah pertemuan angin di atas wilayah Indonesia,” ujarnya.

Selain itu terdapat pula faktor lokal yang menyebabkan peningkatan curah hujan ekstrem yaitu stabilitas udara yang cenderung labil atau mudah terangkat yang dapat membentuk awan konvektif. Proses tersebut menjadi cukup kuat, karena udara yang labil. Kombinasi tiga faktor tersebut, menurut Fachri, yang mendorong banyak terbentuknya awan hujan di Indonesia. (YUS)

 

 

advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× HUBUNGI KAMI