advertisements
advertisements
advertisements
TABLIQ  

SAYA BANGGA MENJADI MUSLIM. DAN TERORISME BUKAN BAGIAN DARI KAMI!

Oleh : Azwar TY
Begitulah. Media khususnya di Negeri ini telah berhasil membentuk Opini bahwa setiap tindak terorisme pasti pelakunya seorang Muslim.
Jadi setiap terjadi tindakan Terorisme, korbannya adalah dua. Korban akibat aksi Terorisme dan Islam sebagai ajaran Agama yang akan disudutkan atau jadi korban fitnah (bahasanya Islam golongan ini-itu).
Saya akan mempermudah bahasa dan penjelasannya.
Penganut Islam atau Muslim yang akan difitnah itu biasanya adalah Muslim yang dianggap bukan Pendukung Pemerintah. Sebutan mereka Islam Garis Keras-lah, Kadrun-lah, Islam Radikallah, dan lainnya.
Lucunya tuduhan tidak berbasis fakta ini secara diam-diam banyak diamini semua orang. Termasuk yang beragama Islam sendiri (berdasarkan pengakuannya).
Saya seorang Muslim yang berusaha taat. Bukan Pendukung Pemerintah. Label Kadrun sudah jelas ada didiri saya semua. Tapi jangankan melakukan teror kepada sesama manusia, melukai semut saja saya merasa bersalah.
Saya secara pribadi justru mempertanyakan, khususnya buat orang-orang yang percaya kalau para Pelaku Teror harus selalu beragama Islam :
“Buat yang memiliki Sahabat atau minimal Tetangga seorang muslim, pernahkah anda khawatir suatu saat akan dibunuh oleh Sahabat atau Tetangga anda tersebut tanpa sebab?”
Silahkan jawab aja dengan jujur.
Kalau jawaban anda “Iya khawatir”. Saya kira anda harus segera pindah dari Indonesia. Karena penduduk Negeri ini 88 persen adalah orang-orang yang anda perlu khawatirkan seumur hidup.
Sebaliknya kalau jawaban anda “Tidak Khawatir”, berarti anda adalah jenis manusia munafik bermuka dua. Di satu sisi memiliki Sahabat atau Tetangga Muslim dan percaya kepada mereka, tapi disisi lain percaya setiap aksi Terorisme pelakunya adalah harus seorang Muslim.
Ada beberapa hal yang selalu menggelitik pikiran saya.
Pertama, kenapa para Pelaku Aksi Terorisme di Negeri ini selalu menjadikan Gereja dan Markas Polisi yang menjadi Target Aksi Terorisme mereka?
Kedua, kalau para pelaku Teror ini selalu dikaitkan aksinya dengan ke Islamannya, kenapa selama ini para Penista Islam dan orang-orang yang mengkriminalisasi Ulama tidak pernah menjadi Korban dan Target mereka?
Ketiga, kenapa BIN sepertinya selalu kecolongan dengan aksi-aksi Terorisme ini?
Ke empat, kenapa aksi-aksi terorisme ini selalu muncul ketika ada isu-isu besar?
Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang selalu menggelitik dibenak saya.
Terakhir saya cuma mau mengingatkan, Pelaku aksi terorisme selalu ada disetiap agama.
Dua tahun yang lalu, terjadi Pembantaian terhadap 51 orang jamaah Masjid di Selandia Baru. Aksi pembantaian tersebut direkam secara live oleh Pelaku Aksi Teror. Pelakunya Brenton Tarrant. Dan aksi terorismenya tidak pernah dikaitkan dengan iman dan ras-nya.
Begitulah sikap warga Selandia Baru yang sudah terdidik dan maju.
Sebaliknya di Negeri ini, setiap ada aksi terorisme, maka yang jadi korban fitnah adalah agama si Pelaku. Kamera Wartawan akan menyorot berulangkali sebuah Al-Quran. Kadang Buku Panduan Sholat. Dan apa saja yang dianggap berkaitan dengan Islam.
Buzzer-buzzer dari Kelompok Munafik juga akan ramai  menggoreng isu yang menyudutkan Islam. Padahal mereka juga mengaku beragama Islam. Bedanya mereka tidak pernah Sholat. Itu saja. Ditambah kemungkinan mereka memang mencari makan atau mendapatkan tepuk tangan dengan cara memburukkan Islam. (RUL)
advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× HUBUNGI KAMI