BOGOR KAB. Rektor IPB Arif Satria menyebutkan berkaitan dengan jagung harus segera diselesaikan masalah logistik. Ada disparitas yang menjadi pemicu permasalahan selama ini.
Disparitas antara lokasi jagung pakan ternak dan peternak, dan disparitas bahwa jagung bersifat musiman dan kebutuhan pakan bersifat harian. “Harus ada terobosan mengatasi logistik ini, dan kita harus tahu kebutuhan jagung ini kadang bisa untuk pakan, maupun konsumsi langsung,” sebutnya saat mengikuti rapat Sinkronisasi Data Jagung bersama Kementan dan BPS hari Jumat (8/10)
“Saya apresisi langkah Kementan lakukan verifikasi dengan menjalin komunikasi, untuk melihat data di lapangan. Sebagai upaya ikhtiar supaya dapat hasil yang akurat,” kata Arif. Saat ini tercatat ada selisih produksi dan kebutuhan jagung sehingga diperkirakan surplus sekitar 2 juta ton. “Jadi dengan surplus ini benar-benar harus kita lakukan verifikasi surplus dimana saja,” tandas Rektor IPB ini.
Arif menekankan harga bukan satu-satunya indikator untuk melihat kondisi stok pasar. “Kita harus melihat keberadaan barang dimana. Data yang sudah disajikan surplus perlu terus divalidasi. Langkah Kementan untuk lakukan groundcek sangat bagus. Agar data-data akurat,” beber Arif.
Terkait hulu hilir menurutnya harus terintegrasi, harus ada pola pemusatan produksi di kawasan tertentu supaya semakin dekat antara suplai bahan baku dan industri. Hal ini akan mengurangi cost transportasi. “Dalam jangka menengah perlu dipikirkan sentra industri jagung dan peternak yang komprehensif,” pungkas Arif.
Sementara itu Deputi Statistik Produksi BPS Habibulloh menyebutkan pihaknya bersama beberapa instansi terkait sekarang mencoba mengembangkan metode KSA jagung. “Seluruh Indonesia kita lakukan amatan tiap bulan, Kita juga melakukan perbaikan-perbaikan seperti terkait kadar air jagung saat dipanen. Saya rasa ini forum sangat bagus, semua berkumpul disini mensinkronkan supaya memiliki data jagung untuk bersama, tandas Habibulloh. (RUL)