advertisements
advertisements
advertisements
TABLIQ  

MUHASABAH : BERISLAMLAH SECARA KAFFAH

Saudaraku,
Kunci kemuliaan adalah berIslam secara _kaffah_ (menyeluruh dan totalitas). Tidak ada kemuliaan di dunia bahkan di akhirat kelak kecuali hanya ada dalam Islam. Dan tidak ada kunci kemuliaan kecuali dengan mentaati Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya yaitu dengan berIslam secara _kaffah,_ tiada kehinaan dan kesengsaraan dunia akhirat kecuali mendurhakai dan menyelisihi Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya…

Allah Azza wa Jalla, berfirman,

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِى السِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ  ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”

(QS. Al-Baqarah: 208)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah Azza wa Jalla berfirman menyeru para hamba-Nya yang beriman kepada-Nya serta membenarkan rasul-Nya untuk mengambil seluruh ajaran dan syariat; melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan sesuai kemampuan mereka.”

(Tafsir Ibn Katsir 1/335).

Kita perhatikan ayat ini, setelah Allah Azza wa Jalla mengajak para hamba-Nya yang beriman untuk masuk ke dalam Islam secara keseluruhan dan melaksanakan ajaran-Nya tanpa mengesampingkan ajaran yang lain, maka Allah Azza wa Jalla memperingatkan hamba-Nya agar tidak mengikuti langkah syaithan, yaitu dengan firman-Nya,

وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ

“dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan.”

(QS. Al Baqarah: 208)

Ayat ini menunjukkan indikasi bahwa, di sana hanya terdapat dua buah pilihan, yaitu:

Pertama, masuk ke dalam Islam secara keseluruhan dengan melaksanakan ajarannya yang komprehensif dan paripurna, atau apabila tidak mau melaksanakan ajaran Islam secara keseluruhan, maka yang ada hanya pilihan kedua, yaitu mengikuti langkah-langkah syaithan dengan melakukan pembeda-bedaan ajaran Islam atau meremehkan sebagian ajarannya…

Saudaraku,
Kita sudah seharusnya melakukan koreksi terhadap kaidah toleransi. Beberapa tokoh Islam kontemporer menetapkan suatu kaidah yang merupakan turunan ( _derivat_), atau kita katakan kaidah tersebut merupakan implementasi dari pemilahan ajaran agama menjadi inti dan kulit.

Kaidah tersebut merupakan kaidah yang terkenal dengan Kaidah Emas (القاعدة الذهبية) atau Kaidah Toleransi yang berbunyi,

نتعاون فيما اتفقنا عليه, و يعذر بعضنا بعضا فيما اختلفنا فيه

“Kita saling bekerjasama dalam perkara yang kita sepakati dan saling toleran dalam permasalahan yang kita perselisihkan.”

Jika kaidah ini diterapkan, maka ajaran Islam akan terlepas satu per-satu. Hal ini dapat dijelaskan dengan berbagai alasan berikut:

Sesungguhnya perselisihan akan terjadi, bahkan dalam perkara-perkara fundamen dalam agama ini seperti akidah. Oleh karena itu, umat ini terpecah-pecah ke dalam beberapa jama’ah dan kelompok…

Maka seseorang yang memberikan toleransi terhadap perselisihan ini, maka dirinya telah melegalkan perkara yang diharamkan, dicela, dan diperingatkan oleh Allah Azza wa Jalla. Bahkan hal ini merupakan salah satu bentuk pemikiran kelompok Murji’ah. Wal ‘iyadzu billah. Kaidah ini adalah rekayasa manusia yang tidak selaras dengan kitabullah, tidakpula dengan sunnah nabi-Nya, dan juga tidak pernah didengung-dengungkan oleh generasi terbaik umat ini, yaitu para sahabat dan ulama yang mengikuti mereka dengan baik. Bahkan metode beragama mereka berseberangan dengan kaidah ini.
Jika kita menerapkan kaidah ini, maka pintu keburukan akan terbuka lebar-lebar. Karena konsekuensinya, kita toleran terhadap para da’i yang menyuarakan akidah Wahdat al-Wujud; kita harus toleran terhadap tindakan-tindakan kalangan yang terpengaruhi pemikiran Khawarij dan _takfir_ (pengkafiran secara serampangan); begitupula kita harus berlapang dada dengan fenomena nikah _Mut’ah_ (kawin kontrak); atau fenomena-fenomena kesyirikan seperti menanam kepala kerbau di kaki gunung Semeru, dan lain-lain, kaidah ini diterapkan. Sang pencetus berharap kaidah ini mampu meminimalisir perselisihan antara kaum Muslimin. Namun realita membuktikan bahwa kaidah ini justru merupakan faktor yang memicu bertambahnya perpecahan, perselisihan, dan terkotak-kotaknya umat ke dalam beberapa aliran keagamaan…

Saudaraku,
Di antara perintah untuk menggapai kemuliaan syariat Islam sebagai pemuncak peradaban terbaik manusia, yaitu sebagaimana Allah Azza wa Jalla, berfirman,

شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّينِ مَا وَصّٰى بِهِۦ نُوحًا وَالَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِۦٓ إِبْرٰهِيمَ وَمُوسٰى وَعِيسٰىٓ  ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ  ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ  ۚ اللَّهُ يَجْتَبِىٓ إِلَيْهِ مَنْ يَشَآءُ وَيَهْدِىٓ إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ

“Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya).”

(QS. Asy-Syura 42: 13)

Saudaraku,
Ayat di atas menegaskan tentang pentingnya perintah menegakkan agama Allah Azza wa Jalla. Agama ini bisa tegak jika kaum Muslimin sudah sanggup menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram secara totalitas…

Semuanya diamalkan secara individu ( _fardhu ain_) lalu didakwahkan kepada orang lain. Hal ini tentunya memerlukan _ta’awun_ (kerjasama), saling menasihati dan mengingatkan untuk perkara kebaikan dan ketakwaan…

Meski demikian, setiap Muslim harus menyadari dalam urusan prinsip agama, akidah sama sekali tak boleh diusik atau ditolerir hanya karena khawatir dikatakan radikal dalam perkara keyakinan. Jika bibit perpecahan itu terus dipelihara maka sejatinya yang menangguk keuntungan adalah musuh-musuh agama, bukan yang lain apalagi yang sedang bertikai…

Ibarat bola liar, kini upaya penistaan agama dan bentuk pelecehan syariat kian menggelinding dan terus berkembang dari waktu ke waktu. Mirisnya, umat Islam seolah tak pernah berdaya menghadapi itu semua. Justru yang terjadi, pelecehan itu terlihat kian marak dan berani dilakukan terang-terangan di depan mata umat Islam…

Sehingga tidak ada jalan lain untuk mencari dan mendapatkan kemuliaan baik individu atau masyarakat kecuali dengan kembali kepada perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya secara _kaffah…_

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berIslam secara _kaffah_ untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.

_Wallahua’lam bishawab_

advertisements

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× HUBUNGI KAMI