Oleh : M. Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Setelah mengunggah dengan bangga telah bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog alih-alih dapat pujian hebat Zainul Ma’arif justru dipecat dari kepengurusan Lajnah Bahtsul Masail (LBM) PWNU DKI.
Zainul menjadi orang pertama dipecat dari lima NU muda yang bertemu Isaac Herzog. Empat orang lagi yaitu Syukron Ma’mun, Munawar Azis, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Annafisah Dania masih dalam proses pemeriksaan.
Sekjen PBNU Saefullah Yusuf menyatakan PBNU telah mengultimatum seluruhnya untuk mundur atau dimundurkan.
PWNU DKI juga memecat Pengurus LBM lainnya Mukti Ali Qusyairi, Roland Gunawan dan Sapari Saleh karena terlibat langsung atau tidak langsung atas keberangkatan kelima kader NU tersebut ke Israel. Mereka adalah pengurus Rahim (The Ibrahim Heritage Study Center for Peace) jejaring Zionis Israel.
MUI Pusat juga telah menon-aktifkan 2 (dua) pengurusnya atas keterlibatan dalam organisasi kerjasama Yahudi dan mengadakan pertemuan dengan Dubes Israel di Singapura.
Masih ditunggu pelaksanaan ultimatum PBNU atas 4 (empat) kader lain yang berdialog dengan Presiden Israel. Entah berapa lama diberi waktu untuk menentukan sikap. Nampaknya akan berujung pada pemecatan pula.
Kelima kader muda NU tersebut tentu tidak menduga akan implikasi atau konsekuensi dari tamasyanya ke Israel. Maksud hati ingin mendapat kehormatan dari kunjungan tetapi yang didapat adalah cercaan, bahkan pemecatan.
PBNU perlu membersihkan diri dari tuduhan main mata dengan Zionis Israel. Nama Gus Dur dan Ketum Yahya Staquf selalu dimunculkan. Pembuktian sikap pro Palestina adalah dengan menindak tegas lima kadernya yang bertemu Presiden Israel Isaac Herzog dan kader lain yang terafiliasi dengan jejaring Zionis Israel. Ini perlu gerak cepat di tengah invasi Israel yang semakin brutal dan biadab.
Maka pembuktian lanjutan pasca pemecatan adalah:
Pertama, menyatukan langkah dengan ormas Islam lain dan Pemerintah dalam membantu bangsa Palestina untuk merdeka serta mengutuk Zionis Israel yang telah melakukan genosida.Tidak membuka peluang kerjasama dengan Israel dalam segala bentuknya.
Kedua, bersama-sama mengkampanyekan boikot, divestasi dan sanksi. Israel patut untuk diberi sanksi atas perbuatannya. Yang terdekat adalah mendesak Pemerintah agar menutup Museum Holocaust di Minahasa. Markas perjuangan Yahudi di Indonesia ini tak boleh leluasa bergerak. Pendiri dan pengelola Museum Yaakov Baruch diduga adalah agen Zionis.
Ketiga, bubarkan organisasi Rahim atau The Ibrahim Heritage Study Center for Peace yang mencoba membina pendekatan hubungan Islam Yahudi melalui kerjasama antara Zionis B’nai B’rith International, Simon Wiesenthal Center dan Lanjnah Bahtsul Masail NU. Organisasi ini bertanggungjawab atas pertemuan 5 (lima) aktivis muda NU dengan Presiden Isaac Herzog.
Keempat, bersama ormas Islam dan MUI memantau pondok pesantren Az Zaytun yang menurut Panji Gumilang lembaga ini sama dengan Kibbutz Israel. Selepas Panji dari penjara penting diwaspadai peningkatan hubungan Az Zaytun dengan Zionis Israel. Kiblat kekaguman Panji Gumilang justru ke “peradaban” Bukit Zaytun Jerusalem.
Kelima, sebagai bukti mendukung perjuangan bangsa Palestina, maka bersama ormas dan lembaga Islam lain NU berkontribusi mendirikan Museum Perjuangan Palestina untuk menggantikan Museum Holocaust pro Zionis Israel di Minahasa. Museum Perjuangan Palestina adalah Markas Perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan Palestina.
Pemecatan mereka yang berkhianat pada perjuangan bangsa Palestina dan menentang kebijakan Indonesia yang mengutuk Israel, harus menjadi pelajaran bahwa mendekat baik kepada Presiden Israel Isaac Herzog maupun Perdana Menteri Benyamin Netanyahu adalah pendekatan dan perjalanan haram menuju jurang kehinaan, kebodohan dan kejahatan.
Kejahatan dan kebiadaban Zionis Israel sudah tidak dapat ditoleransi, Palestina harus segera merdeka. Free free Palestine! (Bandung, 20 Juli 2024/RAF)