TERORIS BULET, DIGORENG DADAKAN
Oleh : Ahmad Khozinudin (Sastrawan Politik)
Mohon maaf, wajar jika Netizen menyangsikan kabar terorisme, kalau sumbernya sepihak dari itu itu juga. Sementara sumber itu, tak lagi dianggap kredibel mengabarkan tentang Terorisme.
Belum lagi, cerita tentang Terorisme itu Sanadnya putus. Tak ada informasi yang bisa dianggap otoritatif untuk mengabarkan kebenaran peristiwa, karena sumber primer dari kabar yang disampaikan tidak terverifikasi.
Contoh : Tentang Bom Bunuh Diri, Wasiat Dari Pelaku, Motif dan Jaringan. Itu semua, berasal dari sumber sekunder dan tak dapat diverifikasi oleh sumber primer, karena pelakunya sudah mati. Tentang Bom Bunuh Diri misalnya, benarkah Pelaku Bunuh Diri ? Bukankah ada kemungkinan lain, yakni Bom diledakkan melalui remote control oleh orang lain, sedangkan pelaku tidak menyadarinya ?
Tentang Surat Wasiat, benarkah itu surat wasiat pelaku ? Bukankah, bisa saja itu tulisan orang lain yang dinisbatkan kepada pelaku ? sumber yang otoritatif untuk menerangkan keaslian Surat Wasiat ya keterangan pelaku, bukan sidik jari. kalau sidik jari, jari mayat ditempelkan ke kertas juga meninggalkan jejak sidik jari.
Tentang jaringan ini dan itu, lebih tidak jelas lagi. apalagi, jika dikaitkan motif ini itu. Semuanya itu, keterangan yang bersumber bukan dari pelaku, karena pelaku mati.
Bagaimana jika ada saksi yang hidup, dan menerangkan tentang pelaku ? tetap saja tidak otoritatif, karena ‘Ngarang Cerita’ itu mudah. Apalagi, cuma ngarang kesaksian.
Kenapa praduga publik meragukan terorisme ? Karena, sejak dulu terorisme heboh, hingga sekarang terorisme tetap heboh. Ini Terorisme, atau pohon terorisme yang setiap tahun ada masa panennya ?
Tentang Kabar serangan teroris ke Mabes Polri, ini juga sepertinya tidak akan jauh beda. Kita akan lihat, bagaimana statement resmi Polri. Kronologi versi media atau saksi yang tidak diterangkan resmi oleh Polri, belum bisa dijadikan referensi.
Yang jelas, masyarakat harus mengaktifkan akal sehat untuk mencerna isu ini. Tak boleh menelan mentah-mentah setiap narasi yang diedarkan. Apalagi, jika ujungnya ada arah opini yang ingin mendeskreditkan Islam, umat Islam, ormas, gerakan, tokoh, ulama, atau apapun yang terkait dengan Islam. Selama ini, modus nya selalu begitu.
Terorisme, No ! Pembunuhan, No ! eksploitasi isu terorisme untuk mendeskreditkan Islam, No ! Mengunggah Isu Terorisme, agar rakyat mendukung pemimpin zalim dan melupakan kezalimannya, No !
Pokoknya, kami umat Islam ogah dijadikan korban sekaligus dituduh pelaku, dalam isu terorisme. Kami juga tak mau, isu Terorisme dijadikan dalih pembenar untuk melakukan sejumlah kezaliman, menambah kezaliman-kezaliman yang sudah bertumpuk-tumpuk membebani hidup kami. (RUL)