Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-77, ada sebuah fakta yang menyayat spirit kebangsaan kita, sebagai bangsa yang merdeka, tepat di HUT RI ke-77 ini, masih ada desa-desa di Kalimantan Barat yang belum teraliri jaringan listrik
KALBAR. Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-77, ada sebuah fakta yang menyayat spirit kebangsaan kita, sebagai bangsa yang merdeka, tepat di HUT RI ke-77 ini, masih ada desa-desa di Kalimantan Barat yang belum teraliri jaringan listrik. Dari beberapa desa tersebut, desa Labai Hilir, Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat salah satu desa yang belum diterangi listrik PLN.
Secara geografis, menurut Kepala Desa Labai Hilir, Sjak Fa, merupakan desa paling ujung di Kabupaten Ketapang.
“Akses cukup jauh, dari kecamatan Simpang Hulu jaraknya 70 KM, terdiri dari dua dusun, 1 dusun Kucai dengan 2 RT dan 48 KK, kemudian Dusun Labai Hilir dengan 9 RT 20 KK. Aksesnya berbatasan dengan Kabupaten Sangau dan kabupaten Kubu Raya,” katanya.
Untuk fasilitas listrik, selama ini hanya ada panel di depan pintu rumah dan beberapa masyarakat yang mampu mempunyai genset sendiri.
“Kami bersyukur dengan fasilitas seperti ini, masyarakat kami yang multi etnis tidak ada konflik karena polisi juga aktif memantau, jika momen kemerdekaan menjadi titik awal pembangunan menerangi Desa Labai Hilir dengan listrik, rasa syukur kami akan lebih besar” katanya berharap
Saat ini, masyarakat Desa Labai Hilir dan sekitarnya yang berjumlah di bawah 500 KK selama ini hanya dialiri listrik dari genset bantuan sebuah lembaga nirlaba.
“Namun saat ini program CSR tersebut sudah tidak ada, dan genset yang berkapasitas 250 KVA kini dikelola oleh Desa dan secara operasional didanai oleh dana desa, walaupun demikian, kebutuhan listrik di Desa Labai Hilir ini belum terpenuhi secara maksimal,” katanya.
Sebagai Kepala Desa, dirinya sudah berulang kali melakukan pengajuan pengadaan listrik ke Desa Labai Hilir.
“Usulan ini berulangkali kami sampaikan dalam forum Musrenbangdes, pada tahun 2022 usulan itu tidak masuk dalam skala 5 program prioritas, ke depan kami akan jadikan prioritas mengingat listrik adalah kebutuhan dasar masyarakat,” katanya.
Upaya mengaliri listrik di Desa Labai Hilir ini memang ada. Di Kecamatan Simpang Hulu sudah ada rencangan pemasangan sutet, namun jaraknya 70 KM, terlalu jauh untuk pemasangan satu desa.
“Ada juga alternatif tarik Sutet dari Sangau ke Labai Hilir hanya 7 KM karena memang berbatasan langsung dengan kita dan mungkin dari sana ada yang mengajukan pemasangan langsung dari dari Bagan Asam dengan jalur Sutet itu, dari sana ada opsi paling memungkinkan melalui kerjasama antar kabupaten yang jaraknya hanya 7 KM saja,” katanya.
Ia menambahkan, jika akses jalannya dari batas kabupaten rencana akan ada pembebasan lahan untuk jalan akses darat dari Bagan Asam ke Kucai itu ada 12 KM. “Cuma kalau tarik garis lurus hanya 7 KM, walaupun melalui hutan,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Labai Hilir juga didampingi Ketua Temenggung Adat, Bujang Kasim menyatakan kegembiraan dan dukungannya jika Desa Labai dapat teraliri listrik oleh Pemerintah.
“Keberadaan listrik sangat penting sekali. Kami mendukung kalau ada rencana pengadaan listrik di Labai Hilir ini. Saat ini fasilitas yang sangat tidak mencukupi kebutuhan masyaraka di sini, harapan kami pemerintah dapat menyediakan akses listrik di Labai Hilir ini, karena listrik sudah jadi kebutuhan dasar masyarakat, ” katanya.
Senada dengan Ketua Temenggung Adat, Kepala Desa Labai Hilir, Sjak Fa mengharapkan momen kemerdekaan RI ke-77 ini jadi realisasi upaya membangun jaringan listrik untuk menerangi Desa Labai Hilir dan sekitarnya.
“Kalau dari radius 10 KM, totalnya ada 3 desa yang masih tidak ada listrik, desa Bagan Asam, Kecamatan Toba, Kabupaten Sangau, Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Desa Labai Hilir Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang,” katanya.
Pengajuan terakhir imbuhnya, PLN cabang Sangau melakukan survey dan investigasi. “Walaupun tak pernah terdengar lagi rencana itu, mungkin justifikasinya Labai Hilir terlalu jauh,” ujarnya dengan lirih.
Jarak yang cukup jauh dan belum adanya infrastruktur memadai guna memperpendek jarak, menjadi salah satu kendala sulitnya membangun akses listrik. Sjak Fa menyadari apabila pemerintah, baik Kabupaten dan Propinsi, jika akan membangun jaringan listrik di suatu wilayah, pasti akan menghitung berapa banyak tiang dan kabel yang dibutuhkan untuk menjangkau Desa Labai hilir tersebut.
“Terkait listrik akses dari Labai Hilir ke kecamatan berjarak 70 KM, 41 KM jalan aspal dan 30 KM-nya jalan tanah. 56 KM itu melewati beberapa perusahaan, ada sawit dan HTI, dari 56 KM itu bisa dilalui dan alat berat dan tidak ada kendala dengan BBM. Tapi opsi lebih dekat Desa Bagan Asam Kecamatan Toba Kabupaten Sangau itu mobilisasi untuk tiang kalau sekarang saya lihat belum layak untuk mobilisasi, tapi kalau dari sisi jarak hanya 20 KM ditambah 7 KM tarik bujur saja, dari Toba ke Bagan Asam, Bagan Asam ke Kucai, lalu ke Labai. Ini lebih dekat secara jarak tapi melalui hutan. Aksesnya berat juga,” katanya menggambarkan.
Ia berharap, dengan menggabungkan radius 10 KM yang meliputi 3 desa dan 3 kabupaten, jumlah pengguna juga akan bertambah banyak. “Kira-kira bisa 400 pengguna,” katanya meyakinkan. Terkait pembasan lahan, ia berkata, jika masih berada di wilayah otoritas Desa Labai Hilir, ia bisa membantu.
Momen kemerdekaan ini setidaknya menjadi political will bagi pemerintah untuk memperhatikan desa-desa terpencil seperti di desa Labai Hilir ini.
“Intinya, kami meminta Pemerintah Kabupaten Ketapang, Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat dan Pemerintah Pusat, untuk memperhatikan dan membangun jaringan listrik sebagai energi kehidupan yang dapat meningkatkan kualitas hidup kami, agar esensi kemerdekaan bisa kami rasakan, khususnya kebutuhan dasar seperti listrik terpenuhi,” tutupnya. (RUL)