Indonesia merupakan negara majemuk dengan beragam suku, ras, agama, dan budaya. Seorang warga negara wajib memiliki jiwa nasionalisme dengan melihat segala perbedaan melalui dimensi ketuhanan dan kemanusiaan.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa puncak dari kematangan mental seseorang ialah ketika sadar pada derajat kemanusiaan.
Dijelaskan bagaimana seseorang melihat sesama manusia dari dimensi kemanusiaannya, bukan dimensi yang lain. Seperti dalam Alquran bahwa hakekat kemanusiaan tetap dilandasi ketuhanan.
“Jelas dalam pancasila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Semua landasan kegiatan dalam konteks kemanusiaan harus disadari kesadaran Tuhan Yang Maha Tinggi,” tuturnya.
Ia pun menilai kebangsaan adalah suatu hal yang sangat penting. Namun jiwa nasionalisme seseorang bukanlah segalanya apalagi tidak tidak disertai oleh nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
“Nasionalisme kalau berlebihan juga tidak baik. Sesuatu yang berlebihan, bahkan radikal itu bukan hanya soal agama tetapi pandangan nasionalisme yang berlebihan bisa menimbulkan radikalisme,” cetusnya.
Oleh sebab itu, Menko PMK mengingatkan bahwa sejatinya dalam agama apapun selalu mengajarkan tentang kebaikan. “Agama itu dimensinya banyak, tergantung kita melihat dari sudut apa. Pada prinsipnya semua agama mengajarkan hal yang sama yaitu kebaikan. Dalam Islam kita menyebutnya amar maruf nahi munkar,” pungkas Muhadjir. (***)