JAKARTA – Kenaikan harga kedelai akhir-akhir ini membuat para pedagang tempe dan tahu menjerit. Bagaimana tidak, harga per kilo 16.000 dari sebelumnya Rp 15.000. Secara otomatis maka harga tempe dan tahu ikut merangkak naik. Dengan kenaikan tersebut membuat biaya produksi menjadi lebih meningkat. Menyusul kenaikan harga jual kedua pangan tersebut mencapai hingga 20 persen.
Wajar saja jika kalangan pedagang menjerit, seperti diutarakan Ketua Komunitas Warung Tegal
Nusantara (Kowantara) Mukroni misalnya. “Kenaikan harga kedelai impor ini menjadi beban tersendiri lah buat kita orang warteg. Kan ini akibatnya harga tahu dan tempe juga jadi naik di pasaran,” keluhnya seperti dilansir Merdeka.com.
“Untuk tempe yang ukuranya sedang tadinya bisa Rp 5 ribu, sekarang Rp 7 ribu. Tahu juga sama biasa kita beli Rp 4 ribu jadi naik ke Rp 6 ribu. Otomatis kita niak juga biaya produksinya mas,” tegasnya.
Harga kedelai terus naik, kenaikan ini diperkirakan hingga Mei. Menteri Perdagangan (Mendagri)
Muhamad Lutfi, memastikan selama Landed Cost kedelai masih di atas 8.500 per kilo gramnya. Jadi kami melihat harga ini akan menguat terus sampai akhir Mei dan mudah – mudahan bulan Juni sudah mulai membaik, ” ujar Lutfi dalam konferensi pers, senin baru-baru ini.
Lutfi mengatakan, kenaikan harga kedelai ini di sebabkan berbagai hal. Dari tingginya permintaan dunia atas kebutuhan kedelai, serta adanya beberapa ganguan cuaca dan keadaan ekonomi dunia. Dia menjelaskan, adanya gangguan dari pasokan dan logistik. Hal ini di sebabkan gangguan cuaca di Amerika Latin yang menyebabkan basah di Brasil dan Argentina.
Permintaan kedelai negara China meningkat, menjadi 28 juta ton dari sebelumnya 15 juta ton. Hal ini di sebabkan, tahun 2019 – 2020 China mengalami flu babi. Akhirnya China melakukan pemusnahan masal,pada seluruh ternak babi yang terdapat di China.
Saat ini mereka mulai berternak babi kembali, hingga jumlah 470 juta. Ini menimbulkan permintaan akan kebutuhan kedelai di China, menjadi dua kali lipat kepada AS dalam kurun waktu yang singkat, ” ujar Lutfi seperti dilansir Kontan.CO.ID.
Sementara itu, Direktur Jendral, Perdagangan Dalam Negeri Kemendag. Syailendra mengatakan,
“kenaikan harga kedelai di tingkat pengrajin, akan diikuti dengan penyesuaian harga tahu dan tempe di pasaran. Tahu sebelumnya Rp. 600 per potong menjadi Rp. 650 per potong.
Sementara harga tempe sebelumnya Rp. 15000 per Kg menjadi Rp. 16000 per Kg “. Kenaikan harga tahu dan tempe di pasaran memang hal yang tidak bisa di hindarkan, rata-rata kenaikan, bisa mencapai hingga 20%.
Oleh karena itu, dia berharap pemerintah untuk mampu segera menurunkan harga kedelai impor.
Kemudian, pemerintah juga diminta untuk segera melakukan operasi pasar untuk memantau harga jual tempe dan tahu yang masih tinggi di lapangan.
Lebih lanjut Mukroni mengatakan, selama ini tahu dan tempe selalu menjadi menu andalan yang laku
diburu pelanggan setia dan warteg. Mengingat harga jualnya yang relatif murah, mempunyai kandungan gizi yang baik, dan juga mudah untuk diolah menjadi aneka masakan.
“Karena tahu dan tempe itu termasuk yang paling laris. Karena cukup murah, sehat, dan ini mudah diolah jadi tidak membosankan untuk dimakan sehari-hari,” jelas dia.
“Untuk harapannya ya turunkan secepatnya harga kedelai impor. Operasi pasar juga perlu biar tahu kan harga kenaikan (tahu dan tempe) dilapangan,” tukasnya.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi berjanji kepada para pedagang di pasar untuk memberikan
update harga tahu dan tempe setiap bulannya.
Upaya ini dilakukan untuk mencegah terjadinya lonjakan harga seperti yang terjadi beberapa hari lalu. Semoga. (YUS)