JAKARTA. Panglima Kodam Jaya (Pangdam Jaya) Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman, mewanti-wanti semua pihak terutama yang ada di wilayahnya, untuk tidak bermain-main membuat perpecahan. Mayjen Dudung yang lahir di Bandung, Jawa Barat, 16 November 1965 mengatakan tugas TNI adalah menjaga keutuhan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Termasuk melindungi segenap bangsa dan negara.
“Yang mengganggu persatuan keutuhan NKRI jangan coba-coba di Jakarta, saya hajar itu,” kata Mayjen Dudung.
Pangdam Jaya, Mayjen TNI Dudung Abdurachman kini menjadi sorotan usai mengeluarkan langkah tegas menangani tindakan intoleran di Wilayah Jakarta.
Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman yang mulai menjabat sebagai Pangdam Jaya sejak 27 Juli 2020 meminta kepada masyarakat agar mematuhi hukum yang berlaku. Menurut dia, tidak bisa bagi siapa pun melakukan segala sesuatu berdasarkan kehendaknya sendiri.
Lebih lanjut Dudung yang lulus Akademi Militer 1988, bercerita jika ada salah satu anggota Front Pembela Islam (FPI) yang hendak mencari keberadaan Partai Komunis Indonesia. Dudung pun meminta agar FPI tidak asal bergerak. “pernah ada perwakilan, bahwa PKI sudah berkeliaran sehingga saya harus bergerak. ‘Saya bilang sampean tidak boleh melakukan itu, aparat penegak hukum yang wajib melakukan itu, kalau enggak kepolisian ada tentara,” kata Dudung. Dia pun meminta agar FPI melaporkan dan membuktikan saja jika menemukan keberadaan PKI. Menurut dia, tidak boleh menghalalkan segala cara,” tegas Jendral berbintang dua ini.
Di balik sikapnya yang tegas, terungkap masa lalu Mayjen. TNI. Dudung Abdurachman yang sebelum menjabat Pangdam Jaya adalah Gubernur Akmil merasakan getir menjalani kehidupan sejak duduk di bangku Sekolan Menengah Pertama (SMP).
Tepat di ulang tahun Dudung Abdurachman ke-55 pada 19 November 2020, sosok Pangdam Jaya itu menceritakan kenangannya bersama sang ibunda di masa sulitnya.
Sejak sang ayah meninggal dunia, Dudung Abdurachman melihat sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam kehidupannya, yakni ibunya yang menjadi tulang punggung utama delapan anaknya. Dudung yang saat itu masih remaja mulai membantu ibunya berjualan jajanan pasar ke Kodam Siliwangi III/Siliwangi secara rutin hingga menginjak bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Meski kegiatannya berbeda dengan anak muda pada masanya, ia justru terpacu lebih giat membantu ibunya sebagai tukang koran untuk menambah pundi-pundi uang. Demi membantu ibunya, Dudung bahkan rela tidak masuk SMAN 5 Bandung, yang menjadi sekolah favorit di Bandung. “Saya harusnya masuk SMAN 5 Bandung, tapi karena masuk pagi maka tidak jadi. Saya cari yang masuk siang, biar paginya itu bisa anter koran dulu. Jadi anter koran pagi jam 04.00 WIB terus pulang jam 08.00 WIB,” kata Dudung. Usai mengantar koran, Dudung lantas membawa dagangan sang ibunda dan dititipkan ke beberapa kantin sekitar kediamannya. Dudung pun tak langsung pulang, melainkan mencari kayu bakar yang nantinya digunakan oleh ibunya untuk memasak.
“Memasaknya dulu masih kayu bakar, sangat tradisional,” ujar Dudung.
Dan kini, sosok Mayjen TNI Pangdam Jaya Dudung Abdurachman dikenal sebagai tentara yang tegas. (MHD)