TERORIS, JANGAN LIHAT BERITANYA, LIHAT SIAPA YANG MENGABARKANNYA
Oleh : Ahmad Kehidupan (Sastrawan Politik)
Para Ulama Hadits, sebelum mendiskusikan Matan (Redaksi) Hadits, mereka selalu melakukan verifikasi ketat terhadap perawi. Perawi, adalah orang yang mengabarkan hadits.
Agar otentitas dan kebenaran matan hadits terjaga dari hoax, mereka pertama kali menyeleksi perawi. Perawi yang meriwayatkan hadits harus memenuhi dua kriteria, adil dan dlabit. Adil, artinya perawi bersih dari cacat muro’ah seperti tidak pernah berdusta, tidak pernah zalim, dan yang lebih utama mengamalkan apa yang diriwayatkannya.
Dlabit artinya, perawi hafal atas hadits yang diriwayatkannya. Dia tidak boleh meriwayatkan apa yang tidak diingatnya.
Dalam konteks kabar tentang Terorisme, mulai dari bom bunuh diri, kaitannya dengan sel teroris tertentu, pelaku pasangan muda yang baru menikah, pelaku diduga dari ormas tertentu, semuanya itu harus dikesampingkan jika keluar dari sumber yang tidak dapat diuji kejujuran dan keadilannya. Jadi, tak perlulah mempercayai isi berita jika yang mengabarkan berita terkenal bohong dan zalim.
Kabar apapun, jika berasal dari orang yang tidak adil, pembohong dan zalim, tidak perlu dipercaya. Sudah dapat dipastikan, isi kabar itu dusta belaka.
Isu Terorisme, sejak awal diekspor oleh Amerika bermula dari peristiwa 911. Amerika adalah negara kafir penjajah. Jelas, isu yang dihembuskan orang kafir tidak layak diterima sebagai sebuah kebenaran.
Isu Terorisme, radikalisme, ekstremisme yang ada di negeri ini, juga diimport dari Amerika. Karakter pembawa isu ini, juga terkenal pendusta, zalim dan sering menyakiti hati Umat Islam. Apalagi, semua cerita tentang terorisme itu hanya dari satu sumber, yang terkenal gemar berdusta. untuk urusan pembantaian 6 anggota laskar saja berdusta itu biasa, apalagi urusan lainnya ?
Jadi tidak usah ikut heboh, dengan membenarkan isu yang dikabarkan pihak yang gemar berbohong dan zalim terhadap umat Islam. Umat ini, justru wajib membongkar kebohongan dan kedzalimannya.
Jadi kalau ada berita teroris, bersumber dari si tukang bohong itu, dari karangan cerita ada surat wasiat, terkait eks ormas, ditemukan bukti yang mengarah pada ormas, bahkan nanti kalaupun ada pengakuan dari ‘saksi’ yang membenarkan cerita bohong itu, abaikan saja. Fokus pada permasalahan umat, yakni kezaliman rezim dan solusi Islam yang akan menyelesaikannya.
Anggap saja itu tontonan Srimulat, cerita tentang teroris itu anggap saja omongan Kirun atau Mamik. Disenyumin saja kalau tak bisa tertawa, kalau tak tahan, tertawakanlah.
Jadi jangan lihat kabarnya, tapi perhatikan lah sumbernya. Jika sumber beritanya dari Inspektur Vijay Priya Amaraj, opsir pembual, anggap saja dongeng hoax yang meskipun bohong tapi tak bisa dipidana. Tak usah dipercaya. (RUL)