Menelaah Tulisan Dahlan Iskan tentang Vaksin Nusantara
Oleh : Badrul Munir
Siapa yang tidak kenal Dahlan Iskan (DI), wartawan senior dan penulis hebat yang tulisannya bisa menyihir pembacanya dan terus dinanti pembacanya.
Namun ada tulisan tentang *vaksin nusantara* di Disway perlu ditelaah kritis agar pembaca memahami secara proporsional.
Beberapa alasan :
1. Artikel tentang vaksin nusantara seharusnya *ditulis peneliti utama dari dalam negeri* dan dipublikasikan media ilmiah seperti jurnal terakreditasi, lalu akan direview para ahli sesuai kepakarannya (pier review) untuk dinilai validitasnya vaksin tersebut.
Namun sampai saat ini belum ada jurnal tentang vaksin nusantara, Artikel vaksin justru ditulis oleh Dahlan Iskan (DI) dalam bahasa sugestif persuasif berdasarkan asumsi tanpa dasar ilmu kedokteran dan dipublikadikan di media massa- media sosial (tanpa pier review) sehingga bisa berpotensi mispersepsi
2. Kebenaran ilmiah dalam sebuah tulisan ilmiah disusun berdasar *data valid, reliable dan transparan)*.
Tetapi artikel vaksin nusantara yang ditulis DI lebih banyak berdasarkan asumsi pribadi dan sedikit pendapat ahli dengan menonjolkan gelar dan lulusannya tapi tidak memenuhi kaidah ilmiah.
3. Dalam penemuan obat/vaksin baru, *keselamatan pasien hal utama dan pertama*, Ini butuh waktu penelitian yang panjang dan melelahkan seperti vaksin merah putihbyang sedang diproses.
Namun divaksin nusantara ini tidak melalui tahapan itu akan cenderung bertindak cepat. Prinsip ini tidak bisa dan sangat berbahaya bila digunakan dalam temuan baru kedokteran.
4. *Potong kompas tanpa bukti ilmiah*.
Tulisan DI tentang vaksin nusantara memotong kompas dengan menunjukkan hasil akhir *seolah olah penemuan ini sudah aman dan bisa divaksinasikan* di Indonesia. Ini bisa sesat dan menyesatkan
5. *Potensi Mispersepsi*
tulisan tentang vaksin nusantara akan menjadi salah persepsi bagi pembacanya dan sebagian besar pembaca *langsung mempercayainya*.
Bilamana ada kelompok masyarakat ilmuwan yang tidak setuju dengan tulisan (DI) maka *stigma negatif* agar mudah disematkan ke mereka seperti tidak nasionalis, tidak menghargai karya anak bangsa, tidak cinta produksi dalam negeri, antek asing dan stigma negatif lainnya, hal ini bisa dilihat di me di ia sosial
*Banyak baca*
Bila DI ingin menulis lagi tentang vaksin nusantara maka sebaiknya memperbanyak baca referensi /jurnal tentang vaksin, hal ini agar lebih bijak dan mendapatkan kebenaran materi bukan kebenaran persepsi.
Dahlan iskan jangan sampai seperti seorang baru mulai belajar agama tetapi sudah berani ceramah ke mana mana tentang agama bahkan mudah *menyalahkan serta mengkafirkan* orang lain hanya karena kurang luasnya ilmu agama yang dipelajarinya.
Dan jangan sampai tulisan DI tersebut memprovokasi pembaca untuk *menyalahkan dan memvonis ilmuwan* yang berpuluh tahun mengabdikan diri dengan segala prestasi yang ada. hanya karena tidak setuju dengan vaksin ini (Co-editor dan Reviewer jurnal, kolumnis koran dan suka menulis buku)