GAZA (DesentraLNEWS) – Perang Israel di Gaza telah meningkatkan ketegangan agama dalam banyak hal. Salah satu yang meresahkan adalah momentum sejak 7 Oktober 2023 dari sekelompok ekstremis Yahudi dan sekutu Kristen evangelis mereka. Mereka bertekad untuk membangun kembali sebuah kuil kuno di kota suci Yerusalem.
Para pembela Kuil Ketiga sedang mempersiapkan hari ketika kuil tersebut dapat dibangun kembali, yang akan disertai dengan kedatangan sapi merah yang dikirim dari Texas. Sapi ini untuk digunakan dalam ritual penyucian pengorbanan, menurut kepercayaan Yahudi.
“Pejuang suci kita yang berperang di Gaza sebenarnya berjuang untuk membangun Bait Suci,” kata seorang rabi baru-baru ini dalam kunjungan kontroversial ke situs yang diyakini oleh orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks berisi dua bekas sinagoga di Yerusalem, dilansir laman World Crunch, Rabu (1/5/2024).
Marina Sokol, seorang ibu di Israel yang putranya terbunuh saat berperang dengan militer Israel di Gaza, turut berbicara pada rapat umum di depan Masjid Al-Aqsha. “Perang yang kami lakukan adalah perang yang tidak ada habisnya. Ini adalah perang untuk Temple Mount,” kata Sokol.
Saat umat Yahudi merayakan Paskah, kelompok Kuil ekstremis mencoba meningkatkan serangan mereka terhadap Masjid Al Aqsa dengan melakukan serangan besar-besaran dan mencoba membawa persembahan Paskah ke halaman Masjid Al-Aqsha.
Bahkan ada kelompok bernama “Kembali ke Bukit Bait Suci” (Return to the Temple Mount) yang mengalokasikan imbalan finansial hingga 50.000 shekel (13 ribu dolar AS) bagi siapa saja yang berhasil menyelundupkan hewan kurban dan menyembelihnya di dalam Al-Aqsha.
Ahad kemarin, dilaporkan ada lebih dari 1.000 warga Israel memaksa masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa. Sementara, lebih dari 500 pemukim menyerbu Al-Aqsha dari Gerbang Mugharbah dan melakukan aksi provokatif serta melakukan ritual Talmud di halamannya.
Kelompok-kelompok ini bertujuan memenuhi semua ritual Yahudi di dalam Masjid Al-Aqsha. Mereka ingin memastikan konstruksi moral “Kuil” dengan mendirikan seluruh peribadatan dan ritualnya, sebelum mereka melanjutkan pembangunannya secara fisik.
Perkembangan ini terjadi di tengah perbincangan mengenai semakin dekatnya tanggal penyembelihan Sapi Merah, sebuah ritual yang kontroversial terkait dengan Bukit Bait Suci (Temple Mount) di mana Al-Aqsha berada.
Profesor Studi Yerusalem Abdullah Marouf menjelaskan, secara historis sudah ada ketetapan agama dari para rabi Yahudi yang melarang masuk kawasan Masjid Al-Aqsha hingga penyucian. Dia mengatakan, orang-orang Yahudi Haredim yang sangat taat telah berpantang memasuki Al-Aqsha sesuai dengan dekrit kerabian.
“Karena itu, ritual penyembelihan Sapi Merah dianggap sebagai isyarat bagi mereka untuk memasuki Al-Aqsha,” tuturnya.
Berdasarkan tradisi Yahudi, abu sapi betina yang berwarna merah sempurna ini diperlukan untuk ritual penyucian yang memungkinkan dibangunnya Kuil Ketiga di Yerusalem, Palestina. Tepatnya di dataran tinggi Kota Tua Yerusalem yang dikenal sebagai Temple Mount, tempat Masjid Al-Aqsha.