Oleh : M. Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
Beredar di sejumlah media lima ‘cendekiawan’ Nahdliyin telah menghadap Presiden Israel. Masyarakat Indonesia menilai bahwa itu sungguh keterlaluan.
Bagaimana tidak terlalu, bahkan terkutuk, di tengah kebiadaban Zionis Israel yang sedang membantai umat Islam di Palestina lima orang yang merepresentasi ormas Islam datang menghadap dan berfoto bersama dengan Presiden Israel Isaac Herzog.
PBNU sendiri menyesalkan kejadian yang dinilai telah menyakiti Palestina dan umat Islam itu. Nampaknya kelima orang yang pro-Israel tersebut bertamasya sendiri ke Israel. Konon nanti PBNU akan memanggilnya dan memberi sanksi atas kegiatan yang merugikan NU dan umat Islam Indonesia tersebut.
Presiden Herzog dan pendampingnya duduk di kursi depan sementara lima cendekiawan berdiri di belakangnya. Ha ha bukan cendekiawan itu mah tapi punakawan. Punakawan Herzog.
Apa pun alasan bertemu dengan Presiden Isaac Herzog jelas salah dan tidak berperasaan. Perlu dikuliti siapa sponsornya. Perjalanan “diam-diam” itu tidak mungkin dengan biaya sendiri. Apalagi dana zakat atau infak. Motifnya harus dibongkar dan pengkhianat harus dibabat habis.
Indonesia adalah negara yang mengutuk penjajahan dan Israel adalah “mbahnya” penjajah. Zionis Israel ini bangsa yang paling sakit dan gila di muka bumi.
Pemerintah Indonesia harus tegas kepada pelanggar kebijakan. Jangan enteng saja diakali oleh warganya yang pergi ke Israel. Apalagi untuk menghadap Presiden Iblis atau Dajjal. Herzog dan Netanyahu adalah dua makhluk paling terkutuk di dunia dan di langit. Setelah PBNU memeriksa kelima punakawan itu maka Pemerintah Indonesia harus menginterogasi pula. Jangan-jangan ada peran Abu Janda atau serupanya.
Ketika Netanyahu dan Herzog membunuh dan membantai warga Palestina, maka hukum bagi keduanya adalah “qishosh” mati. Halal darah kedua orang itu. Siapa pun yang berkhianat pada umat Islam dan berkolaborasi dengan Zionis pimpinan kedua orang Dajjal itu, maka hukumnya mati, halal darahnya.
Persoalan Israel adalah persoalan serius menyangkut hidup dan mati. Aneh, jika ada muslim yang bersimpati dan bisa berangkulan dengan pembunuh 40 ribu bahkan 180 ribuan manusia yang tak berdosa di Gaza.
Lima Punakawan Herzog harus mendapat sanksi keras. Statusnya jauh lebih jahat daripada mengkorupsi uang penanggulangan Pandemi Covid-19. Itu saja sudah terancam hukuman mati. Apalagi ini menyangkut martabat bangsa Indonesia yang terang-terangan telah dirampok oleh lima Punakawan terkait nyawa 180 ribu manusia yang dibantai sadis oleh pasukan IDF Netanyahu dan Isaac Herzog.
Media mempublikasi nama kelima penghadap Presiden Zionis yaitu Syukron Mamun, Zainul Maarif, Nurul Bahrul Ulum, Munawar Azis dan Izza Annafisah Dania. Ditunggu kepulangannya oleh rakyat yang marah pada kekejian Zionis Israel. Kemungkinan mereka akan beralasan ngeles bak pahlawan, bertemu itu untuk memberi masukan kepada Presiden Herdog agar mau menerima usulan gencatan senjata. Emang siapa, eloe? Preet.
Jika misinya lurus tidak mungkin berjalan di lorong gelap, diam-diam dan tanpa sepengetahuan PBNU. Oh ini pribadi bukan organisasi, katanya. Nah, preet lagi. Yang pasti tidak preet ialah pertanyaan “anda bertemu Herzog itu dibayar oleh siapa dan berapa?” Ayo jawab!
Kita bangsa Indonesia sesungguhnya tidak peduli lima Punakawan Herdog itu representasi siapa dan dari organisasi apa, siapa pun sepanjang yang dilakukan adalah seperti lima Punakawan Herzog tersebut, maka langkah itu adalah salah dan menyakiti perjuangan bangsa Palestina dan umat Islam sedunia.
Umat Islam, juga Kristen, sedang menghadapi kebrutalan hewan buas dari ordo “Carnivora” superfamili “Barbaria” dan famili “Israeliansie”. Dan hewan ini adalah jenis dari binatang langka yaitu: Anjing berbulu Singa.
Sayangnya lima punakawan Indonesia yang menghadap ke Israel itu seperti berikrar demi Herzog: “Birruh biddam nafdika yaa Herzog”–dengan jiwa dan darah kuabdikan untukmu wahai Herzog! (Bandung, 16 Juli 2024/RAF)