Oleh : M. Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Ketika menerima jabatan Menhan dalam Kabinet Jokowi, Prabowo tidak peduli dengan suara masyarakat termasuk pendukungnya yang keberatan. Korban rezim Jokowi baik luka maupun tewas tidak mendapat simpati. HRS yang dizalimi dibiarkan juga.
Semua alasan sebagai strategi atau taktik untuk ke depan memperoleh kursi Presiden. Untuk itu Prabowo harus “berstrategi” dengan habis-habisan menjilat Jokowi. Anak Jokowi pun diminta sebagai Cawapres pasangannya.
Pemerintah dan rakyat Indonesia jelas-jelas mendukung perjuangan Palestina, mengutuk perilaku Israel yang menduduki dan menjajah Palestina. Indonesia termasuk yang setuju dengan predikat Israel sebagai penjahat kemanusian. Menlu Indonesia lantang memperjuangkan kemerdekaan dan diterimanya Palestina sebagai anggota PBB di Sidang Umum PBB. Berani berbeda sikap dengan Amerika dan Israel.
Munculnya Prabowo di media Jerusalem Post menuai kekhawatiran ada operasi diam-diam untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Saat itu Jerusalem Post menulis dalam kaitan dengan Prabowo “How agriculture led Indonesia’s defense minister to talk normalization with Israel”. Sungguh Kemhan yang diamanati mengelola “Food Estate” menjadi diskursus tajam. Ada apa dengan Prabowo dan Zionis Israel?
Di tengah bombardir dan genosida Zionis Israel atas Gaza, operasi diam-diam Israel bergerak terus. Ada keberangkatan tokoh nahdhiyin dan agen Zionis di Indonesia ke Israel bertemu Presiden Isaac Herzog. Pertemuan tersebut difasilitasi lembaga Rahim (The Ibrahim Heritage Study Center for Peace) bekerja sama dengan organisasi Zionis Bna’i Brith International dan Simon Wiesenthal Center. Jaringan Zionis Israel di Indonesia mulai terkuak.
Belum reda pembantaian Zionis atas Palestina Prabowo yang berbaju ganda Menhan dan Presiden “terpilih” sengaja bertemu dengan tokoh dan pengusaha besar Yahudi Nathaniel Philip Victor James Rothschild atau Lord Rothschild di Batam. Keduanya menghadiri peresmian gedung baru PT Volex Indonesia sebuah pabrik yang memproduk kabel dan konektor elektronik. Bankir kaya Rothschild adalah biang kerok dari konflik Israel Palestina. Keluarga Rothschild menjadi penyokong dana bagi penjajah Zionis Israel.
Pertemuan antara Prabowo dan Nat Rothschild “terbuka” tapi “rahasia” dan “menghargai” tapi “melanggar HAM”. Terbuka dan menghargai dalam arti wartawan diundang oleh BP Batam dan wartawan pun datang memenuhi undangan. Rahasia dan melanggar HAM karena wartawan media tidak boleh meliput dekat. “Noong” di jendela pun ditutup tirai oleh petugas Kemhan. Tidak ada keterangan pers pasca pertemuan, Prabowo sangat pelit informasi. Ini jelas melanggar asas kebebasan pers. Melanggar HAM.
Pembicaraan tertutup media menyebabkan dugaan adanya “hal penting” yang dibahas Prabowo dan tokoh Yahudi ini. Menyangkut pembukaan hubungan diplomatik Indonesia Israel? Atau bicara “cuan” atau impor senjata Israel ke Indonesia atau Rothschild dan Prabowo mau besanan? Semua jadi “rahasia” dan ini menyebabkan rakyat Indonesia harus “waspada” bahwa memang Prabowo tidak bisa dipercaya.
Janganlah alasan “strategi” atau “taktik” digunakan untuk “menipu” dan “membohongi” rakyat Indonesia. Jokowi sudah cukup membuat bangsa ini sangat menderita. Lalu akankah penindasan ini akan dilanjutkan oleh Prabowo? Wallahu a’lam bish-shawab.