Oleh : Asyari Usman, Jurnalis Senior Freedom News.
Seluruh Indonesia sedang dilanda ketakutan. Yang paling berani diantara yang takut itu cuma bisa bilang kaget ketika dia tahu bahwa T adalah bandar judi online (judol).
Saking takutnya Indonesia kepada si T, tidak ada yang berani menyebut lengkap inisial orang itu yang biasanya ditulis dua huruf. Yaitu, huruf T dan satu lagi huruf yang ke-20-an dalam abjad Latin.
Ketakutan itu juga merasuki seorang penulis yang 5-6 tahun lalu dijuluki “pemberani” dan “putus urat takutnya”. Dia hanya berani menuliskan kata sandi “Tante (bukan) Wanita” sebagai upaya untuk mengamankan dirinya.
Adalah Benny Rhamdani, Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) yang mengungkap bahwa T adalah pengendali judol. Pada hari Senin (29/7/2024) Benny telah memberikan klarifikasi mengenai insial T itu kepada para penyidik Bareskrim Polri.
Apa kaitan antara Kepala BP2MI dengan judol? Benny menjelaskan bahwa dia ikut terbawa ke judol karena banyak orang Indonesia yang dikirim ke Kamboja untuk menjalankan perangkat lunak (software) judul itu yang diganderungi orang Indonesia.
Kata Benny, dulu pernah dia sampaikan di satu rapat terbatas (Ratas) di Istana yang membahas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Ratas itu berlangsung sebelum pilpres 2024. Di situ, Benny menyebut nama T sebagai pihak yang mengirimkan pekerja Indonesia ke Kamboja itu. Jadi, Benny tidak mengurusi judol tetapi mengurusi aspek penempatan pekerja migran Indonesia (PMI). Kebetulan PMI itu ditempatkan untuk judol.
Secara bersamaan, penempatan PMI itu membongkar apa yang mereka kerjakan dan siapa dalangnya. Benny yakin sekali bahwa pengendali judol di Kamboja itu adalah T.
Di dalam Ratas di Istana itulah, kata Benny, Presiden Jokowi kaget mendengar T sebagai bos judol serta scamming online (penipuan daring). Yang juga ikut kaget, menurut Benny, adalah Menko Polhukam Mahfud MD dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Di satu acara di Medan pada 23 Juli 2024, Benny mengatakan bahwa selama RI ini ada si T tidak pernah tersentuh hukum. Dia meminta agar penegak hukum melakukan tindakan terhadap orang yang terkesan kebal hukum itu.
Sekarang, Polisi tahu apa tidak bahwa si T adalah pengendali judol di Kamboja? Ini pertanyaan kunci. Sangat aneh kalau Polisi tak tahu. Polisi punya semua perangkat yang diperlukan untuk membongkar siapa toke judol. Di mana pun di dunia ini Polisi pasti bisa tahu. Bisa tahu tempat operasinya dan siapa tokenya.
Artinya, tidak usahlah Polisi pura-pura tak tahu. Untuk apa mereka punya satuan-satuan khusus yang begitu banyak dan biaya operasi yang sangat besar. Ada yang percaya Polisi tidak tahu?
Kelihatannya Polisi pun ikut ketakutan sama si T seperti kita juga. Tapi takutnya mereka berbedalah dengan takutnya kita. Kita takut dikejar oleh si T. Sedangkan Polisi barangkali takut “tak dikejar” oleh si T itu.
Jadi, sudahlah. Kita katakan saja bahwa semua manusia se-Indonesia ini takut kepada si T. Termasuk Polisi, penghuni Istana, gudang senjata, pegiat medsos, wartawan dan semua yang lainnya.
Cuma cukup memalukan juga kalau para tetangga seberang bertanya: “Kok bisa se-Indonesia takut sama si T?”