JAKARTA (DesentraLNEWS) – Perusahaan restoran cepat saji asal Amerika Serikat, McDonald’s, mengaku tak akan ada perubahan penjualan yang signifikan selama Israel masih melakukan agresi ke Palestina.
Mereka mengakui aksi boikot benar-benar membebani penjualan dalam beberapa waktu terakhir.
Chief Executive McDonald’s Chris Kempczinski mengakui, ada sedikit peningkatan laba kuartal pada Selasa (30/4). Namun, ia tak bisa memperkirakan periode penjualan bisa kembali normal.
“Kami memperkirakan tidak akan ada peningkatan yang berarti sebagai dampaknya…. hingga perang selesai,” kata Chris Kempczinski seperti diberitakan AFP, Rabu (01/05/2024).
Penjualan McDonald’s merosot setelah waralaba mereka di Israel pada Oktober 2023 mengumumkan telah memberikan ribuan makanan gratis kepada tentara Israel yang menyerang Palestina.
McDonald’s menggambarkan dampak terbesar boikot terjadi di Timur Tengah, dan juga di negara-negara lain, seperti Malaysia dan Indonesia, serta beberapa wilayah Perancis yang populasi Muslimnya lebih tinggi.
Jaringan restoran cepat saji besar ini mengalami penurunan penjualan serupa di “Pasar Berlisensi Pembangunan Internasional”, yang mencakup pasar negara-negara berkembang.
“Dampak lanjutan perang di Timur Tengah lebih dari sekadar mengimbangi penjualan positif di Jepang, Amerika Latin, dan Eropa,” kata McDonald’s mengenai divisi tersebut.
Dampak boikot terhadap penjualan tetap terjadi meski waralaba di Kuwait dan Qatar mendeklarasikan janji memberikan bantuan Gaza. Keduanya dikelola secara terpisah dari jaringan bisnis Israel.
Sebagian besar restoran McDonald’s di Timur Tengah dioperasikan berdasarkan perjanjian waralaba di mana induk perusahaan tidak menginvestasikan modalnya, kata McDonald’s dalam laporan sekuritasnya.
Dalam laporan itu, Mc Donald’s juga mengungkapkan decara keseluruhan laba pada kuartal pertama naik tujuh persen menjadi US$1,9 miliar karena peningkatan pendapatan sebesar lima persen menjadi US$6,2 miliar.
Awal April 2024, McDonald’s setuju mengakuisisi Alonyal, yang telah lebih dari 30 tahun membangun merek McDonald’s di 225 restoran di Israel, dan mempekerjakan lebih dari 5.000 orang.
Langkah pembelian ini dilakukan usai raksasa cepat saji asal menyebut perang Israel-Hamas merugikan bisnisnya. Sebab, McDonald’s menjadi sasaran boikot di berbagai negara karena dituding mendukung Israel. (AFP)