Oleh : Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik.
Buku ini hadir tepat waktu. Di tengah-tengah serangan membabibuta zionis Israel ke Rafah, karya tulis ini memberikan semangat agar kita terus mendukung Palestina. Korban dari rakyat Palestina kini sudah lebih 36 ribu orang, tapi Israel terus menggempur dan tidak terlihat ingin menghentikan serangan.
Jutaan orang demonstrasi di Amerika, Eropa, Asia dan lain-lain menentang genosida Israel ini. Mereka kebanyakan bukan Muslim. Jaksa International Criminal Court (ICC) telah mengajukan surat penangkapan penangkapan terhadap Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant serta tiga pemimpin tinggi Hamas karena dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Hamas tentu saja menolak keputusan ICC itu, karena mereka hanyalah korban.
Karya cendekiawan muda, Pizaro Ghozali Idrus ini layak untuk dijadikan referensi dalam memantau perang brutal yang dilancarkan Israel ini. Pizaro membahas sejarah pendirian Hamas, mengapa Hamas popular di Palestina, operasi badai taufan al Aqsha, kisah-kisah kebiadaban di penjara Zionis, perpecahan dunia Islam menghadapi Israel dan sikap bangsa Indonesia menghadapi Palestina.
Dr Basem Naem, Kepala Departemen Politik Hamas di Gaza memuji buku ini dengan menyatakan, ”Akhirnya, upaya luar biasa dan besar yang dilakukan saudara Pizaro Ghozali Idrus dengan menulis buku ini tentang Palestina, perlawanan dan peran historis Indonesia terhadap isu Palestina, menambahkan kontribusi yang berharga untuk perjuangan Palestina kami untuk kebebasan dan kemerdekaan. Penulis layak mendapat pujian atas usaha besar yang dilakukannya dalam penelitian dan penyelidikan tentang masa lalu dan masa kini untuk mencapai hasil objektif dan fakta-fakta sejarah ini…”
Hamas (Harakah al Muqawwamah al Islamiyah) pendiriannya terinpirasi oleh perjuangan Izzudin al Qasam dan Ikhwanul Muslimin. Organisasi Islam Mesir yang masuk Palestina tahun 1935 ini mempunyai pengaruh yang kuat di sana. Cabang Ikhwan di sana menembus 25 cabang pada 1947. Cabang-cabang Ikhwan di Palestina memiliki anggota sekitar 12 ribu sampai 20 ribu orang. Syaikh Amin al Husaini tokoh di Palestina saat itu diangkat menjadi pemimpin Ikhwanul Muslimin. Tokoh Ikhwan terkenal lainnya adalah Syaikh Ahmad Yasin. Hamas resmi dibentuk pada Januari 1988.
Pentingnya masalah Palestina ini, dituliskan oleh pendiri Ikhwan Imam Hasan al Banna,”Sesungguhnya keberadaan Yahudi di Palestina merupakan bahaya serius bagi politik Timur pada umumnya, karena Palestina adalah jantungnya Timur dan wilayah bagi tempat-tempat suci Islam dan Kristen. Tentu saja intrik-intrik kaum Yahudi tidak dapat dipungkiri dan ketamakan mereka tidak dapat dibendung. Mereka tidak hanya mengincar Palestina saja, namun mereka akan merampas tanah masing-masing negara.”
Perbedaan perlakuan terhadap para tahanan kentara sekali antara Israel dan Hamas. Hamas memperlakukan tahanan dengan baik-baik dan tanpa siksaan. Sedangkan Israel sebaliknya. Save The Children (2023) melaporkan bahwa 86 persen anak-anak Palestina dipukuli di tahanan Israel dan 42 persen mengalami luka-luka selama penangkapan. Selain itu sebanyak 70 persen anak-anak Palestina di tahanan diancam dengan kekerasan, dan 60 persen dipukul dengan tongkat atau dipopor dengan senjata. Selanjutnya sebanyak 70 persen mengatakan mereka menderita kelaparan dan 68 persen mengaku mengatakan tidak menerima layanan kesehatan apapun. Kemudian sebanyak 58 persen anak-anak tidak diberi akses atau komunikasi dengan keluarga mereka selama ditahan.
Berikut kesaksian-kesaksian anak-anak Palestina yang diwawancarai Save The Children. “Sebelum ditahan mereka menembak kaki dan punggung saya, peluru juga menembus perut saya. Saya dibawa ke rumah sakit tempat mereka (tantara) menginterogasi saya. Tangan dan kaki saya diborgol ke tempat tidur. Saya bilang kepada mereka bahwa saya tidak tahu apapun. Mereka kemudian langsung membawa saya ke penjara,”ucap Ahmad, yang ditahan ketika berumur 15 tahun.
“Kadang-kadang mereka masuk ke sel penjara dan menahan kami berdiri di luar dengan cuaca dingin. Mereka melarang kami tidur. Suatu malam, atap sel tahanan kami dibuka dan kami harus bermalam dengan guyuran hujan,”beber Yousef, yang ditahan ketika berumur 13 tahun.
“Interogasi berlangsung dari pukul 06.00 hingga pukul 03.00 pagi. Tidak ada makanan, tidak ada air, tidak boleh tidur, dan tangan saya diborgol. Mereka mencoba memaksa kami mengakui hal-hal yang tidak kami lakukan,”ujar Laith, yang ditahan ketika berusia 16 tahun.
Selain melakukan penyiksaan terhadap tahanan anak-anak, Israel juga melakukan penyiksaan dan pelecehan seksual terhadap para tahanan wanita Palestina. Di samping itu Israel juga bertindak biadab terhadap tahanan laki-laki Palestina dengan membunuhnya.
Dukungan terhadap Hamas atau Palestina, datang terutama dari negara Qatar. Negara kecil di Timteng ini mengeluarkan ratusan juta dolar untuk kemakmuran masyarakat Palestina ketika dijajah Israel. Selama tahun-tahun blockade, Qatar telah menanggung semua pengeluaran Gaza dalam hal kemanusiaan, politik, ekonomi dan informasi.
Pada tahun 2012, pemimpin Hamas menandatangani kesepakatan bantuan dana dari pemerintah Qatar, dengan nilai lebih dari 250 juta dolar AS. Dana bantuan itu diperuntukkan bagi proyek-proyek rekonstruksi di Jalur Gaza, diantaranya untuk membangun lima ribu rumah dan merenovasi 55 ribu rumah yang hancur atau rusak berat akibat serangan Israel tiga tahun lalu.
Selain itu Qatar juga mengalokasikan dana 25 juta dolar AS untuk membangun sebuah rumah sakit di Rafah. Qatar juga telah mendukung Hamas memerangi penjajah zionis selama dekade terakhir dan menjadi tuan rumah bagi mantan pemimpin Hamas Khalid Misyal selama lima tahun terakhir di Doha. Pada tahun 2012, Emir Qatar Syaikh Hamad bin Khalifa Ath Thani bahkan mengunjungi Gaza dan menjanjikan ratusan juta untuk jalur Gaza.
Di tengah sejumlah negara Arab, Israel dan Amerika memusuhi Ikhwanul Muslimin, Qatar justru tampil mendukung kiprah dakwah Ikhwan. Doha sudah lama membangun hubungan baik dengan Ikhwan. Doha memandang Ikhwan telah menjadi lanskap politik baru di tengah transisi Arab Spring.
Ketika pemerintahan Mohammad Mursi (Ikhwan) digulingkan dengan kudeta oleh jenderal Abdul Fattah as Sisi, Arab Saudi mendukung kudeta (Juli 2013). Sedangkan Qatar mengambil jalan untuk tetap mendukung Ikhwanul Muslimin. Ini akhirnya mendorong Saudi untuk terus menekan Doha. Tahun 2017, tujuh negara Arab: Arab Saudi, Bahrain, UEA, Mesir, Yaman dan Libia akhirnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Doha dianggap mendukung terorisme karena dukungannya kepada Ikhwanul Muslimin.
Hamas yang merupakan organisasi yang menginduk pada Ikhwanul Muslimin memang mempunyai peran besar di Palestina. Serangan Hamas yang mengejutkan Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, benar-benar membuat peta Timur Tengah berubah. Rencana negara-negara Arab yang tadinya berencana mengadakan hubungan yang lebih erat dengan Israel, buyar.
Satu bulan pasca Operasi Badai al Aqsha, lembaga penelitiian Arab World of Research and Development menggelar survei untuk mencari tahu seberapa besar dukungan bangsa Palestina terhadap serangan yang dikomandani Hamas terhadap penjajah Zionis. Survei itu dipublikasikan oleh lembaga riset yang berbasis di Palestina pada 14 November 2023. Hasilnya sangat menarik yakni sebanyak 75% responden setuju dengan serangan Hamas dan 74,7% setuju bahwa mereka mendukung berdirinya negara tunggal Palestina.
Ketika diajukan pertanyaan, menurut mereka apa alas an utama dilancarkannya operasi perlawanan Palestina pada 7 Oktober 2023? Sebanyak 31,7% responden yang tinggal di Tepi Barat dan 24,9% responden yang tinggal di Gaza menyatakan alas an serangan itu adalah untuk membebaskan Palestina.
Walhasil banyak informasi yang menarik dalam buku ini bila Anda langsung membacanya. Penulis hanya memaparkan sedikit hal-hal yang penting dalam buku ini. Karya tulis ilmiah ini penting dimiliki para guru, aktivis, professional, mahasiswa atau masyarakat umum yang peduli pada Palestina. Apalagi saat ini Israel lagi membabibuta melakukan genosida di sana. Wallahu azizun hakim.