MALAYSIA (DesentraLNEWS) – Sebagai pusat peradaban Islam yang digagas oleh Pemerintah Daerah Khusus Jakarta, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) atau yang dikenal sebagai Jakarta Islamic Centre (JIC) tak pernah lelah untuk terus menggelorakan semangat perdamaian terutama di kalangan pemuda.
Melalui program Dialog Pemuda ASEAN yang kali ini telah memasuki tahun ketiga, JIC mencoba untuk mengambil langkah-langkah yang lebih nyata untuk terlibat langsung dalam misi perdamaian global.
Rombongan JIC yang dipimpin oleh Kepala Pusat PPIJ KH. Didi Supandi mengunjungi Universiti Sains Malaysia (USM) di Penang-Malaysia pada Senin, 27 Mei 2024, untuk mengajak para mahasiswa terlibat dalam misi perdamaian global dengan tema dialog “The Role of Gen Z and Millenials in Peace Building Activities”.
Dialog ini berusaha merumuskan alternatif kegiatan yang bisa dilakukan oleh para gen Z dan milenial untuk terlibat dalam misi perdamaian global dengan menggunakan kemampuan mereka yang sangat aktif di media sosial.
“Pemuda hari ini energinya sangat sayang kalau tidak digunakan untuk memikirkan hal yang lebih substansial, contohnya bagaimana mereka bisa peduli akan nasib dunia di masa depan jika hari ini banyak konflik terjadi,” jelas KH. Didi Supandi dalam sambutan pembukaan di depan para mahasiswa USM.
Menurut Didi, di zaman yang serba digital saat ini, para pemuda bisa terlibat dalam misi perdamaian global tanpa perlu repot kemanapun. Cukup gerakkan jari jemari dan pikiran agar menciptakan narasi-narasi perdamaian yang sejuk di media sosial, sebagai kontradiksi dari pihak lain yang selalu mengambil jalan kekerasan dalam solusi konflik.
“Dialog ini sebagai kepedulian JIC untuk melibatkan seluruh stakeholder global agar mau terlibat. Kita sudah mulai tiga tahun ini dengan wilayah ASEAN, tahun depan mungkin kita akan meluaskan dialog ini ke wilayah Asia,” imbuh Didi dengan optimis.
JIC memang sengaja mengambil isu-isu di luar dari isu yang sudah banyak digarap lembaga Islam lainnya, seperti isu perdamaian di kalangan pemuda terutama gen Z dan milenial. Hal ini lantaran isu perdamaian sangat penting disuarakan agar ada penyeimbang narasi dari kelompok-kelompok yang mendukung cara-cara konflik dalam menyelesaikan masalah.
Tuan rumah acara dialog yakni Yayasan Dakwah Islam Malaysia (YADIM) yang menjadi salah satu sponsor, menyampaikan sambutannya melalui ketua YADIM pulau Pinang yaitu Mohammad Fadzil bin Alias.
“Kami sangat berbahagia JIC mau datang untuk membicarakan isu perdamaian ini, apalagi tahun depan Malaysia akan menjadi ketua ASEAN di bawah kepemimpinan Dato Anwar Ibrahim yang juga sangat concern isu semacam ini. Insya Allah kita mengundang kembali tahun depan agar bisa membuat dialog ini kembali di Malaysia,” kata Mohammad Fadzil.
Dalam dialog ini, para narasumber yang hadir meliputi Mohd. Fazril Saleh yang merupakan Setiausaha Akhbar Menteri Pendidikan Malaysia, Wahid Ridwan sebagai Dosen Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM), dan Jufitri Joha yang merupakan pakar kepemudaan dari Universitas Putra Malaysia. Bertindak sebagai moderator Taufik Hidayat yang merupakan Ketua Sub Divisi Pelayanan Umat JIC.
Jufitri Joha membawakan tema dialog dengan judul Understanding Global Conflict for the Young Generation. Ia menekankan pentingnya memahami akar masalah dalam konflik global yaitu masih adanya apa yang disebut The Economic Hit Man atau “Orang Jahat”, yang terus menciptakan konflik dalam rangka kepentingan ekonomi termasuk masih banyaknya orang yang tamak menguasai dunia dengan segala cara, selain dari faktor-faktor struktural.
Sedangkan Mohd Fazril Saleh yang juga merupakan sekjen Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) membawa tema Promoting the Peacebuilding Activities among Young Generations. Dalam paparannya, Fazril Saleh melihat ‘ASEAN Way’ dapat menjadi resolusi konflik global.
“Karakter masyarakat atau pemuda di ASEAN yang cinta damai bisa menjadi contoh bagi dunia global,” ujarnya.
Sedangkan pembicara ketiga yang merupakan dosen di Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM) Wachid Ridwan membawa tema Crafting Social Media Content for Peace. Ia melihat pengguna media sosial dapat menjadi buzzer perdamaian bagi dunia saat ini yang tengah mengalami banyak konflik dan peperangan. Mahasiswa di Amerika bisa menjadi contoh bagaimana gerakan para pemuda dalam menyuarakan perdamaian di Palestina dengan aksi-aksi mereka baik narasi di media sosial maupun di lapangan.
Peserta dialog ini datang dari berbagai negara ASEAN yang merupakan para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Universiti Sains Malaysia. Dalam tanya jawab dialog, para pemuda dan pemudi menyampaikan antusiasmenya akan dialog ini dan meminta adanya semacam edukasi di dunia maya dari pihak JIC agar dapat menggalang isu perdamaian ini untuk dunia global.
“Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang mendorong acara ini untuk terus berlangsung, sehingga kami bisa konsisten menyuarakan isu perdamaian di berbagai belahan dunia lainnya,” terang Fathi Ihsan, ketua panitia sekaligus pemuda JIC yang sangat semangat untuk terus menggalakkan dialog ini ke seluruh dunia.
Dialog yang digelar atas bekerja sama dengan Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia ini menghadirkan Jufitri Joha sebagai Tokoh Belia ASEAN 2014 dan Profesor Adjung Universitas Putra Malaysia, dan Wahid Ridwan yang merupakan Pensyarah Universitas Muhammadiyah Malaysia.
Turut hadir jajaran pimpinan Kepala Divisi Takmir JIC, KH. Herlan Intanpura; Kepala Divisi Komunikasi dan Penyiaran, M. Zein; Kepala Divisi Pengkajian dan Pendidikan, KH. Nasir Zein; serta Kepala Divisi Sosial Budaya dan Ekonomi Syariah, KH. Edi Sukardi.