Oleh : Jannatu Naflah, Praktisi Pendidikan
Terungkapnya penyebaran video asusila antara ibu kandung dan anak menjadi fenomena yang menyesakkan dada. Dalam seminggu ini, polisi telah mengungkap dua video asusila dengan modus yang serupa. Miris memang, orang tua khususnya ibu yang semestinya menjadi pelindung bagi anak, justru memiliki potensi besar untuk menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap anak dengan dalih ekonomi.
Polda Metro Jaya mengungkap kasus video asusila antara ibu berinisial AK (26) dan anak laki-lakinya yang berusia 10 tahun. Tindak kekerasan seksual ini terjadi di rumah kontrakan pelaku di Cileungsi, Bogor. Kasus ini terungkap setelah Subdit Siber Ditreskrimum Polda Metro Jaya melakukan patroli siber.
Dari patroli tersebut, tim Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya langsung menangkap AK di rumah kontrakannya. Dari hasil pemeriksaan, AK mengakui perbuatannya karena tergiur dengan tawaran akun Icha Shakila (IS) yang mentransfer uang pada sejumlah akun di Facebook. Setelah melihat tawaran itu, AK langsung mengirim pesan personal kepada akun IS. Lalu, akun IS pun menyuruh AK untuk membuat video asusila bersama anak kandungnya.
Sebelumnya, kasus serupa telah terjadi di Tangerang Selatan. Seorang ibu muda berinisial R (22) tega merekam perbuatan asusilanya bersama anak balitanya yang berinisial MR (4). Sama dengan AK, R tergoda dengan imbalan uang yang ditawarkan oleh akun IS. Keduanya pun sama-sama tertipu dengan modus kejahatan yang dilakukan oleh akun IS. (Kompas.id, 07/06/2024).
Fenomena video asusila antara ibu kandung dan anak menambah buram potret ibu dan anak dalam naungan sistem sekularisme-kapitalisme. Nyata bahwa sistem ini makin menggerus fitrah ibu yang sejatinya adalah tempat teraman dan ternyaman bagi anak-anaknya. Ya, sekularisme-kapitalisme telah nyata gagal melahirkan perempuan-perempuan yang siap mengemban amanah mulia, yakni sebagai ibu generasi.
Fenomena ini juga membuktikan bahwa sistem pendidikan sekuler saat ini telah sukses melahirkan individu yang jauh dari aturan agama. Individu-individu yang menjadikan manfaat sebagai standar perbuatan, sedangkan materi sebagai standar kebahagiaannya. Tidak heran, jika perbuatan haram pun dihalalkan asalkan mendulang manfaat dan pundi-pundi materi.
Ironisnya, dalam naungan sistem sekularisme-kapitalisme, kekerasan seksual terhadap anak yang sejatinya perbuatan haram justru dikapitalisasi demi memuaskan syahwat kaum jahat. Adanya dugaan sindikat pelaku yang sengaja memperjualbelikan video asusila ibu dan anak pun diungkapkan oleh Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ai Maryati Solihah. Sebab, saat ini pihaknya tengah memonitor Polda Metro untuk membongkar kasus ini karena diduga ada relevansi dengan temuan 2.100 tayangan video porno anak.
Ai pun mengatakan bahwa kesulitan ekonomi dan kekurangan edukasi membuka ruang eksploitasi yang bisa saja berpotensi menumbuhsuburkan industri pornografi dengan memanfaatkan orang-orang yang tak berdaya ini. (detik.com, 08/06/2024).
Sedih memang, ibu yang sejatinya memiliki peran mulia terhadap masa depan umat manusia, justru terperosok dalam pusaran industri maksiat yang mengundang bencana. Alih-alih mencetak generasi khairu ummah, justru mengantarkan anak-anaknya ke dalam jurang kenistaan.
Di sisi lain, himpitan ekonomi yang menjadi salah satu faktor pendorong ibu berbuat asusila dengan anaknya pun menunjukkan kegagalan negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Terdorong kebutuhan ekonomi, ditambah tipisnya iman, membuat ibu mudah tergoda melakukan perbuatan haram demi sejumlah uang.
Inilah buah getir penerapan sistem sekuler dalam kehidupan. Pendidikan yang berbasis sekuler nyata membuat ibu kehilangan fitrah. Kesejahteraan ibu pun hanya angan digilas ekonomi kapitalisme yang berpihak pada pemilik modal dan menghalalkan segala cara. Alhasil, bagaimana generasi terbaik akan lahir jika ibu generasi tengah sakit?
Sejatinya, kaum ibu merindukan sebuah sistem sahih yang mampu menjadi penjaga dan pengurus kaum ibu. Sebuah sistem yang menjaga kewarasan kaum ibu baik jasmani maupun rohaninya. Sebuah sistem yang mampu mencetak perempuan yang siap mengemban amanah sebagai ibu generasi. Sistem ini tidak lain adalah sistem Islam yang membawa rahmat bagi seluruh penghuni alam, termasuk kaum ibu.
Islam merupakan akidah sahih yang memancarkan seperangkat aturan paripurna yang mampu menjaga fitrah, memuaskan akal, dan menenteramkan hati manusia. Dalam naungan Islam, niscaya fitrah kaum hawa dapat terjaga. Jika fitrah ibu terjaga maka lahirnya generasi terbaik bukanlah angan belaka.
Peran mulia perempuan sebagai ibu generasi, pengatur urusan rumah tangga, dan pendidik generasi niscaya akan terwujud secara ideal, andai akidah Islam dijadikan pondasi dalam kehidupan bernegara. Oleh karena itu, penting menerapkan Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan.
Penerapan Islam secara totalitas niscaya akan menjaga kaum hawa, sekaligus mencetak ibu dan calon ibu hebat. Di sini pentingnya pendidikan sebagai aspek vital memiliki tujuan tidak hanya mencetak calon pemimpin masa depan, tetapi juga calon ibu generasi hebat.
Dalam naungan Islam, negara akan merancang kurikulum pendidikan untuk mencetak generasi yang beriman dan bertakwa. Generasi yang menjadikan keridaan Allah SWT sebagai puncak kebahagiaan dan tujuan. Sehingga lahir generasi yang sesuai fitrah yang menjalani kehidupan berdasarkan syariah-Nya.
Pendidikan bagi perempuan diarahkan untuk menyiapkan perempuan untuk mengemban amanah menjadi ibu yang mengatur urusan rumah tangga dan mendidik generasi. Di sisi lain, untuk menjaga kewarasan dan naluri ibu, negara wajib menjamin kebutuhan dasar kaum hawa, termasuk jaminan dalam aspek keamanan, kesehatan, dan pendidikan. Sehingga kaum perempuan tidak terbebani dengan segudang masalah yang mengguncang kewarasannya dan menggerus fitrahnya.
Jaminan pemenuhan kebutuhan ini salah satu dilakukan dengan menjamin tersedianya lapangan pekerjaan bagi kaum laki-laki. Sehingga kaum laki-laki mampu memenuhi kewajibannya untuk memenuhi nafkah keluarganya. Di sisi lain, negara juga memberikan kemudahan bagi seluruh rakyat untuk mengakses layanan kesehatan dan pendidikan, serta terjaminnya keamanan.
Inilah peran besar negara dalam menciptakan lingkungan yang aman dan ideal bagi ibu. Negara memiliki andil besar dalam mengatur dan menentukan kebijakan, baik dalam upaya preventif maupun kuratif untuk menuntaskan segunung problematika rakyat. Kondisi lingkungan ibu yang aman dan ideal, niscaya membuat fitrah ibu terjaga.
Negara yang dirindukan kaum hawa ini merupakan negara yang mandiri dan berdikari. Berdaulat lagi memiliki ideologi yang kuat. Jelas bukan negara yang mengemban sekularisme-kapitalisme yang rusak dan merusak, melainkan negara yang menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Wallahu A’lam bishshawab.