Oleh : Asyari Usman, Jurnalis Senior Freedom News
Beberapa hari yang lalu, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa kepergian dirinya ke Israel untuk bertemu PM Benjamin Netanyahu pada 2018 lalu tidak membawa nama NU. Benarkah begitu?
Tampaknya ada indikasi Yahya berbohong. Ini bisa dilihat dari dua bukti. Yang pertama adalah postingan Instagram (IG) resmi Netanyahu @b.netanyahu pada 14 Juni 2018. Yang kedua adalah rekaman video pertunjukan musik koor rohani yang digelar khusus pada 14 Juni 2018 itu untuk menghormati kunjungan Yahya Staquf ke Israel.
Yang pertama postingan di IG Netanyahu. Di situ disebutkan bahwa Yahya adalah “Sekretaris Jenderal salah satu organisasi Islam terbesar di dunia”. Postingan itu pertama muncul di akun IG Natanyahu @netanyahu. Teksnya hanya dalam bahasa Inggris.
Lengkapnya seperti ini, disertai foto jabatan tangan Netanyahu dan Staquf. “A special meeting today in Jerusalem with Yahya Cholil Staquf, the General Secretary of the global Islamic organisation, Nahdlatul Ulama. I’m very happy to see that Arab countries and many Muslim countries are getting closer to Israel.”
Terjemahannya lebih-kurang begini. “Pertemuan istimewa hari ini di Jerusalem dengan Yahya Cholil Staquf, Sekretaris Jenderal organisasi Islam dunia, Nahdlatul Ulama. Saya sangat senang melihat negara-negara Arab dan banyak negara Muslim semakin dekat ke Israel.”
Di sini jelas disebut Nahdlatul Ulama. Mengapa Yahya Staquf mengatakan dia tidak membawa nama NU?
Kemudian akun PM Israel itu berganti menjadi @b.netanyahu. Akun @netanyahu tidak ada lagi sekarang. Di akun @b.netanyahu ini dimuat juga postingan yang sama dalam bahasa Ibrani (Hebrew) tapi terjemahan bahasa Inggris-nya persis sama. Disebut juga “Nahdlatul Ulama”.
Dalam susunan PBNU 2015-2020, jabatan Yahya adalah Katib Aam bukan Sekjen. Tetapi bisa jadi Yahya memperkenalkan diri kepada Netanyahu sebagai Sekjen untuk memudahkan percakapan waktu itu. (Katib Aam adalah Sekretaris Umum untuk jajaran Syuriyah PBNU, sedangkan Sekjen adalah sekretaris umum untuk Tanfidziyah, red).
Bukti yang kedua adalah rekaman video yang berisi pertunjukan nyanyi rohani massal (semacam koor) yang disebut “Koolulam”. Seribu orang diundang dalam nyanyi massal ini. Yahya Staquf terekam jelas ikut bernyanyi. Ada juga seorang pria berpeci yang kelihatan seperti orang Indonesia berdiri di sebelah Yahya.
Dalam teks introduksi video itu juga disebutkan bahwa Yahya adalah Sekjen organisasi Islam terbesar di dunia. Begini kutipan lengkap alinea pertama teks introduksi itu yang ditulis dalam tiga bahasa, yaitu Inggris, Ibrani (Hebrew), dan Arab.
“On 14 June 2018, Koolulam, a social-musical initiative for mass-singing events, invited 1,000 people to a special event at Tower of David in Jerusalem. The event was held in honour of a visit to Israel by Indonesian Sheikh Haji Yahya Cholil Staquf, General Secretary to one of the world’s largest Muslim organisations.”
Lebih-kurang terjemahannya seperti ini: “Pada 14 Juni 2018, Koolulam, yaitu pementasan musik sosial untuk pertunjukan nyanyi massal, mengundang 1,000 orang ke Menara David di Jerusalem. Perhelatan itu dilaksanakan sebagai penghormatan terhadap kunjungan ke Israel oleh KH Yahya Cholil Staquf, Sekretaris Jenderal salah satu organisasi Muslim terbesar di dunia.”
Bisa disimpulkan bahwa Yahya Staquf membawa nama NU ketika dia bertemu dengan Benjamin Netanyahu di Jerusalem pada 14 Juni 2018. Logika umum, yang bisa menjadi bukti ketiga, adalah bahwa Yahya tak mungkin diundang kalau dia bukan orang penting NU.
Sehingga, yang tampaknya benar ialah bahwa Yahya pergi ke Israel dengan nama NU tetapi bukan atas biaya NU.