Oleh : M. Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Rasanya di antara Presiden yang pernah memimpin Indonesia, Jokowi adalah pemimpin yang paling butut. Penambahan lima tahun periode kedua dikira akan mampu memperbaiki bututnya kepemimpinan di periode pertama, akan tetapi ternyata tambah parah. Pengikutnya termobilisasi dalam kebodohan kolektif. Indonesia ditakdirkan punya pemimpin dan pengikut yang butut. 10 tahun, bro.
Seperti memakai topi dan sepatu butut yang tidak elok dipandang begitulah kondisinya.
Birokrasi korup. Di bawah rezim Jokowi korupsi merajalela dari atas ke bawah, dari Menteri hingga Kepala Desa. Terbilang 6 (enam) Menteri satu Wakil Menteri dihukum pidana korupsi. Kasus menguap seperti TPPU 376 trilyun dan 271 trilyun korupsi timah. Korupsi hanya dianggap seperti mencuri kaos oblong.
Utang numpuk. Bulan April utang kita Rp6.521 triliun kini bulan Juli 2024 meningkat menjadi Rp8.353 triliun. Pada masa pemerintahan SBY utang hanya Rp. 2.608 triliun. Luar biasa Jokowi “sederhana” ini meroketkan utang melalui proyek-proyek hawa nafsu. Di samping korupsi, pemborosan anggaran juga sangat kasat mata.
Tukang bohong. Sejak mobil Esemka, 11 ribu triliun di kantong, tidak impor, kabinet ramping, tidak naik BBM, tidak bagi-bagi kursi hingga berani bohong ke Putin soal pesan Ukraina menyebabkan predikat yang diberikan adalah “The King of Lip Service”. Gambaran dari profil sebagai pendusta. Begitu juga ijazah sekolah dan kuliahnya diduga palsu.
Ujungnya keluarga. Ujung masa jabatan justru mementingkan keluarga. Anak mantu “direkrut” sebagai penerus tanpa rasa malu. Nepotisme yang dilarang UU No 28 tahun 1999 dilabrak habis. Nepotisme itu kriminal tapi dilahap seperti makan siang gratis. Jokowi “Godfather” memang membangun dinasti dan menginjak-injak demokrasi.
Tiongkok andalannya. China bukan hanya uang yang ditanam tetapi orang yang di tampung dan diselundupkan. Orang China atau Tiongkok tamu yang justru bertahap menjadi tuan rumah. Jahat sekali Jokowi itu, sudah WNI keturunan China banyak berkeliaran ditambah kini China baru yang diimpor. Pribumi semakin tersedak dan terdesak.
BUTUT adalah wajah dari kinerja 10 tahun Jokowi memerintah. Tempo menyebut Nawadosa. Lalu dengan air mata buaya ia minta maaf atas kesalahan sebagai manusia. Banyak warga nyinyir menyudutkan bahwa itu bukan kesalahan tetapi kejahatan. Artinya tidak bisa dimaafkan. Lagi pula meminta maaf tanpa didasarkan pada penyesalan adalah kepalsuan.
Saat minta maaf Jokowi mengklaim bahwa itu kesalahan sebagai manusia, akan tetapi saat melakukan kejahatan perilakunya seperti binatang. Anjing yang serakah, babi yang tidak peduli, ular yang menipu, kodok yang menendang dan naga yang melilit garuda. Manusia itu telah menghalalkan segala cara. Gemar memukul dan lari-lari atau “hit and run”. Pengkhianat, pengecut dan munafik. Agama tidak dijadikan sebagai pedoman, komuniskah?
Jokowi pasti menepis dirinya komunis apalagi PKI meski banyak yang mempertanyakan identitas asli dirinya. Kebijakan yang menyengsarakan dan memiskinkan rakyat merupakan indikasi moral ideologi dan konstitusi yang rendah. Hukum tidak ditempatkan sebagai sarana penjamin keadilan tetapi alat untuk memperkokoh dan melindungi kekuasaan.
Apa pun manuver yang dilakukan sebagus apa pun topeng yang dipakai dan seindah-indahnya baju yang dikenakan, maka fakta telah membuktikan bahwa Jokowi adalah pemimpin butut. Pemimpin butut.