JAKARTA (DesentraLNEWS) – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri mengatakan, institusi dalam kehidupan bernegara ibarat fondasi dengan pilar-pilar antara lain pertanian, industri dan lain sebagainya.
Lalu atapnya, kata Faisal, adalah social safety net yang berfungsi melindungi rakyat kecil agar tidak ada kaum miskin yang homeless dan terpinggirkan.
“Sehingga yang kaya harus membantu lewat zakat, infak dan lainnya sebagaimana ajaran semua agama dalam hubungan antar-manusia,” kata Faisal dalam diskusi yang digelar Universitas Paramadia dan INDEF secara daring, Senin (19/08).
Sayangnya, kata Faisal, Jokowi telah merusak pondasi tersebut. Sehingga rumah Indonesia ini pilarnya oleng dan tidak mampu menopang social safety net.
Faisal menyebut, kasus minyak goreng yang melibatkan Airlangga Hartarto adalah kesalahan Jokowi yang telah melarang ekspor minyak goreng. Sebab terbukti ekspor tidak mengalami peningkatan.
Pengamat ekonomi senior ini menuding, aturan main telah dirusak dengan mengorbankan kambing hitam. Di mana duduk permasalahannya adalah pengusaha CPO tidak perlu mengekspor kalau harganya sama dengan harga ketika dijual.
“Aturan dan tatanan dalam institusi harus ada, yang akan menimbulkan perilaku yang baik dan benar. Namun yang terjadi saat ini institusi dirusak,” kata Faisal.
Hal tersebut juga terjadi pada tata aturan di sektor nikel, batu bara, sementara UU Pertambangan menyatakan semua harus melalui lelang. Di mana UUD 1945 dan UU lainnya dilanggar pada periode kedua Jokowi pengeluaran lain-lain di APBN ternyata sangat banyak yaitu sebesar 26%.
“Ada hal tidak transparan di mana dana kompensasi menjadi ratusan triliun rupiah, itu bukanlah item-item subsidi. Namun tidak ada detail dari apa itu pengeluaran lain-lain,” kata dia.