JAKARTA. Membangun sumber daya manusia apatur sipil negeri (ASN) masih menjadi pekerjaan rumah besar yang terus digarap Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB). Arsitektur _human capital_ disiapkan sebagai langkah strategis untuk akselerasi pencapaian tujuan yang dicanangkan pemerintah.
Strategi _human capital_ yang jitu dibangun untuk menyukseskan visi misi Presiden dan Wapres dalam membangun SDM secara nasional. Deputi bidang SDM Aparatur Kementerian PANRB Alex Denni mengatakan dengan melihat berbagai tantangan yang dihadapi kedepan, arsitektur human capital dinilai penting sebagai langkah strategis dan rencana ekseskusi yang dapat diakselerasi.
Melalui arsitektur _human capital_, pemerintah ingin mempercepat proses transformasi ASN. “Kita ingin mempercepat proses transformasi, agar birokrasi kita lebih bersih, lebih kompeten, dan lebih berorientasi pada pelayanan seperti yang diharapkan Kepala Negara,” ujar Alex saat acara Talkshow Core Values dan Employer Branding ASN Sesi I, secara virtual, Kamis (05/08).
Ia mengakui bahwa transformasi ASN telah berlangsung lama, namun kali ini perlu percepatan yang signifikan. Pemerintah telah menyiapkan transformasi ini, mulai dari penerapan _core values_ dan _employee value proposition_ (EVP) yang sama untuk diterapkan seluruh ASN di Indonesia.
Pada 27 Juli 2021 lalu, Presiden Joko Widodo telah meluncurkan _core values_ atau nilai dasar “BerAKHLAK” dan _employer branding_ “Bangga Melayani Bangsa”. Dengan ditetapkannya kedua hal tersebut, nilai-nilai dasar ASN yang saat ini masih bervariasi di setiap kementerian, lembaga dan pemda diseragamkan. “Melalui momentum 27 Juli kemarin, kita ingin melakukan akselerasi transformasi ASN,” ujarnya.
BerAKHLAK merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. BerAKHLAK menjadi fondasi yang sama untuk seluruh ASN dengan berlandaskan Pancasila untuk mencapai visi misi Indonesia maju. “Satu _core values_ ini akan memberikan penguatan budaya kerja yang mendorong pembentukan karakter ASN yang profesional dimanapun ASN ditugaskan,” jelasnya.
Sementara _employer branding_ menjadi instrumen untuk mendapatkan talenta yang diharapkan organisasi. Melalui _employee value proposition_ (EVP), Kementerian PANRB ingin menyeimbangkan ekspektasi organisasi dan juga ekspektasi ASN.
Kementerian, lembaga, dan pemda sebagai organisasi pasti memiliki ekspektasi saat merekrut ASN. Pada kesempatan yang sama, ASN yang bergabung dalam organisasi juga mempunyai ekspektasi saat bergabung. “Titik temu ekspektasi keduanya inilah yang kita sebut EVP, sehingga hubungan antara ASN yang direkrut dengan instansi pemerintah yang merekrut akan langgeng dan harmonis,” tuturnya.
Ada ekspektasi spesial yang ditemukan pada ASN maupun instansi pemerintah. ASN memiliki rasa bangga untuk berkontribusi dalam melayani bangsa, sementara instansi pemerintah berkeinginan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. “Ekspektasi ini tidak ada di perusahaan lain, dan ini menjadi suatu pembeda. Untuk itu perlu ditanamkan rasa Bangga Melayani Bangsa,” jelas Alex Denni.
Terdapat strategi 6P yang dilakukan untuk mempercepat proses pembangunan arsitektur _human capital_. Strategi 6P itu adalah penguatan budaya kerja dan _employer branding_; peningkatan kapasitas SDM aparatur; peningkatan kinerja dan sistem penghargaan; pengembangan talenta dan karir; penguatan platform teknologi dan analitik; serta penataan kabatan perencanaan dan pengadaan. “Strategi 6P ini dilaksanakan agar terjadi transformasi ASN semakin masif,” tegasnya.
Kedepan, pihaknya akan mengawal _core values_ dan _employer branding_ agar dapat ditanam dalam sistem manajemen SDM mulai dari sistem rekrutmen, sistem karier, sistem talenta, hingga sistem penghargaan atau _reward_.
Pada kesempatan tersebut juga diadakan sesi talkshow untuk mengulas tantangan yang dihadapi ASN dan kontribusi nyata untuk masyarakat. Asisten Deputi Ekonomi Digital Kemenko Perekonomian Rizal Edwin Manansang menyampaikan bahwa profesi ASN saat ini dinilai sudah profesional jika dibandingkan zaman dulu. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya standar kinerja, kapasitas, kompetensi, serta seleksi terbuka yang memungkinan siapapun dapat menjadi ASN
Edwin mengatakan saat ini ASN dihadapkan pada tantangan disrupsi dalam berbagai bidang. Untuk itu ASN diharapkan dapat menjadi talenta digital. Dibutuhkan setidaknya 9 juta talenta digital dalam kurun waktu 15 tahun kedepan atau 600 ribu talenta digital dalam satu tahun. “Mungkin dari Kementerian PANRB juga dapat mendorong penciptaan talenta digital, bukan hanya masyarakat namun juga ASN muda kita,” pungkasnya.
Sementara itu, penerima Top 3 The Future Leader Anugerah ASN 2019 Aldiwan Haira menceritakan bagaimana menjadi ASN muda namun bisa bekerja profesional dan berkontribusi bagi negara. Kesempatan yang diberikan oleh pimpinan bagi aparatur muda berkarya dan berkontribusi dinilai sangat penting dan berharga. Ia bergerak merangkul pihak swasta mengembangkan jaringan internet, tak hanya di tempatnya berkerja namun juga untuk masyarakat di Kabupaten Empat Lawang.
Top 10 The Future Leader Anugerah ASN 2020 Stefany Fernandez mengungkapkan menjadi ASN tidak selamanya formal, melainkan juga dapat berkreativitas serta berkontribusi diluar pekerjaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan membangun komunitas sosial bersama apoteker-apoteker di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan nama Farmasi Untuk NTT (FUN) yang bergerak pada bidang kesehatan, pendidikan dan sosial. (RUL)