Saudaraku,
Berprasangka baik kepada Allah Azza wa Jalla merupakan ibadah hati yang mulia. Belum banyak orang memahami dengan sebenarnya. Sesungguhnya berprasangka baik kepada Allah Azza wa Jalla yakni meyakini apa yang layak untuk Allah Azza wa Jalla, baik dari nama, sifat dan perbuatan-Nya. Begitu juga meyakini apa yang terkandung dari pengaruhnya yang besar. Seperti keyakinan bahwa Allah Azza wa Jalla menyayangi para hamba-Nya, mengampuni mereka di kala bertaubat dan kembali, serta menerima dari mereka ketaataan dan ibadahnya…
Siapa yang mengira bahwa _khusnuzhan_ kepada Allah Azza wa Jalla tidak perlu diimbangi dengan perbuatan telah keliru dan salah, serta tidak memahami ibadah ini dengan cara yang benar. Tidak bermanfaat berprasangka baik dengan meninggalkan kewajiban atau dengan melakukan kemaksiatan. Barangsiapa yang berprasangka seperti itu maka dia termasuk _ghurur_ (terpedaya), memiliki _raja’_ (pengharapan) yang tercela serta keinginan yang mengada-ada dan merasa aman dari azab Allah Azza wa Jalla…
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً (رواه البخاري، رقم 7405 ومسلم ، رقم 2675 )
“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku tergantung persangkaan hamba kepadaKu. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingatku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diriKu. Kalau dia mengingatKu di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.”
(HR bukhari, no. 7405 dan Muslim, no. 2675)
Saudaraku,
Dapat diperhatikan dalam hadits ini, hubungan yang sangat jelas sekali antara _khusnuzhan_ dengan amal. Yaitu mengiringinya dengan mengajak untuk mengingat-Nya Azza Wa Jalla dan mendekat kepada-Nya dengan ketaatan. Siapa yang berprasangka baik kepada Allah Azza wa Jalla semestinya akan mendorongnya berbuat ihsan dalam beramal…
Dari Jabir radhiallahu anhu dia berkata, Aku mendengar Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam tiga hari sebelum wafat bersabda,
لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ ( رواه مسلم، رقم 2877 )
“Janganlah salah satu di antara kalian meninggal dunia kecuali dia berprasangka baik kepada Allah.”
(HR. Muslim, 2877)
Ibnu Atha’illah dalam kitab Hikam mengungkapkan bahwa siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah Azza wa Jalla, maka lihatlah seberapa tinggi kedudukan Allah Azza wa Jalla dalam hatinya. Demikian pula, siapa yang ingin mengetahui seberapa dekat Allah Azza wa Jalla dengan dirinya, maka lihatlah seberapa dekat Allah Azza wa Jalla dengan hatinya…
Dalam hadits ini tersirat sebuah ajakan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar kita berusaha selalu dekat dengan Allah Azza wa Jalla, berbaik sangka ( _khusnudzan_) dan tidak berburuk sangka ( _su’udzhan_) kepada-Nya. Karena Allah Azza wa Jalla “berbuat” sesuai prasangka hamba-Nya. Bila seorang hamba berprasan]gka bahwa Allah Azza wa Jalla itu jauh, maka Allah pun akan “menjauh”, sebaliknya bila ia berprasangka bahwa Allah Azza wa Jalla itu dekat, maka Allah pun akan “mendekat” kepadanya…
Saudaraku,
Kita harus senantiasa berpikir positif dalam segala hal. Karena semua kejadian, apa pun itu, berada sepenuhnya dalam genggaman Allah Azza wa Jalla dan terjadi karena seizin-Nya. Dengan berpikir positif, seseorang akan mampu menyikapi setiap kejadian dengan cara terbaik…
Selain itu, ia pun akan mampu menghadapi hidup dengan optimis. Betapa tidak, ia dekat dengan Allah Azza wa Jalla Dzat Penguasa yang ada. Karena itu, orang beriman tidak pernah rugi, diberi nikmat dia bersyukur. Syukur adalah kebaikan bagi dirinya, diberi ujian dia bersabar, dan sabar adalah kebaikan bagi dirinya…
Saudaraku,
Hakikatnya Allah Azza wa Jalla tidak pernah membuat jarak dengan manusia. Manusia sendiri yang membuat jarak dengan Allah Azza wa Jalla. Demikian pula, Allah Azza wa Jalla tidak pernah menghambat manusia untuk sukses, tapi manusia sendiri yang menghalangi diirnya untuk sukses. Kunci dari semua itu adalah pikirannya. Manusia adalah bentukan pikirannya. Tak heran bila Norman Vincent Peale mengatakan, _You are what you think_; Anda adalah apa yang Anda pikiran…
Saudaraku,
Sebuah penelitian yang dilakukan Harvard University membuktikan bahwa kesuksesan seseorang 85% ditentukan oleh sikap, dan 15% sisanya ditentukan keterampilan dan intelektualitasnya. Sikap itu sendiri dibentuk pikiran. Dengan kata lain, 85% kesuksesan dan kegagalan ditentukan kualitas pikiran. Dalam konteks ini, kesuksesan untuk dekat dengan Allah Azza wa Jalla sangat dipengaruhi sejauh mana seseorang berpikir positif tentang Allah Azza wa Jalla…
Prasangka buruk yang seringkali disematkan dalam pandangan kita, tanpa kita sadari bahwa hakikatnya saat itu juga kita sedang mengingkari akan takdir Allah Azza wa Jalla dan itu dapat menciderai keimanan kita. Allah Azza wa Jalla telah memberi peringatan kepada kita agar berhati-hati dalam berprasangka, sebagaimana firman-Nya disebutkan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ.
“Wahai orang yang beriman. Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Hujurat : 12)
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berprasangka baik kepada Allah Azza wa Jalla hingga akhir hayat untuk meraih ridha-Nya…
Aamiin Ya Rabb.
_Wallahua’lam bishawab_