JAKARTA.
Dukung upaya percepatan penurunan prevalensi stunting dengan mengupayakan komitmen dan kolaborasi yang kuat dari para pemangku kepentingan untuk melakukan terobosan berdasarkan data yang akurat.
“Upaya percepatan penurunan prevalensi stunting harus benar-benar dilakukan untuk merealisasikan target yang telah ditetapkan,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Kamis (26/1).
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat prevalensi stunting di Indonesia masih 21,6% pada 2022. Angka itu turun dari tahun 2021 yang berada di angka 24,4%. Padahal, target prevalensi stunting nasional di bawah 14% pada 2024.
Dalam upaya memenuhi target tersebut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berupaya mewujudkan lima pilar dalam percepatan penurunan stunting di tanah air.
Pilar pertama adalah komitmen, pilar kedua adalah pencegahan stunting, pilar ketiga harus bisa melakukan konvergensi, pilar keempat menyediakan pangan yang baik, dan pilar kelima melakukan inovasi terobosan dan data yang baik.
Menurut Lestari, perencanaan yang dilakukan BKKBN untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting cukup baik. Namun, upaya tersebut memerlukan dukungan semua pihak.
Komitmen yang kuat dari para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah, jelas Rerie sapaan akrab Lestari, benar-benar dibutuhkan agar langkah percepatan penurunan prevalensi stunting terarah dan terukur dengan baik.
Dibutuhkan pemahaman masyarakat yang baik dan data yang akurat terkait stunting, ujar Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, dalam upaya intervensi gizi masyarakat untuk percepatan penurunan stunting yang terukur.
Selain itu, Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, juga mendorong agar komitmen yang kuat dari para pemangku kepentingan diikuti dengan gerakan mengonsumsi protein hewani secara nasional untuk anak dan balita dalam upaya mencegah stunting.
Rerie mengajak semua pihak untuk terlibat dalam mempercepat penurunan prevalensi stunting di tanah air, demi kualitas generasi penerus bangsa yang lebih baik di masa datang.
Karena, tegas Rerie, semakin besarnya tantangan global di masa datang memerlukan kualitas sumber daya manusia yang sehat, tangguh dan berkarakter kuat. (RUL)